Hati dan Spiritualitas Manusia
Riset AgamaTulisan berjudul “The Spiritual Heart” merupakan karya Micheline R. Anderson. Tulisan ini terbit di Religious Journal yang dipublikasi oleh Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI) tahun 2020. Artikel ini membahas mengenai hati yang menjadi simbol dalam filosofi kuno dan latihan spiritual guna melatih kesadaran, kebijaksanaan, intuisi bahkan cinta. Di dalam resume ini akan dijelaskan secara singkat tulisan Anderson dalam lima sub bab. Pertama, pendahuluan. Kedua, hati sebagai organ perseptual dan relasional. Ketiga, fenomena pengalaman spiritual. Keempat, hati memilih pembaruan dan pemulihan. Kelima, hati dapat membantu pemulihan stres.
Pendahuluan
Di dalam tradisi, selama ini hati dianggap sebagai pusat persepsi dan kesadaran sakral. Bahkan, dalam pengobatan klasik kuno dari Babilonia, Mesir, Yunani, Roma dan Cina, hati digambarkan sebagai pusat sistem yang memasok tenaga ke tubuh dan pusat kesadaran. Di dalam pengobatan tradisional Tiongkok, hati dipersonifikasikan sebagai “kaisar dari semua organ”. Artinya, bertanggung jawab atas otak, kesadaran, dan penyimpanan semangat seseorang. Di dalam tradisi Vedantik hati digambarkan sebagai wadah untuk diri, sumber kodrat sebagai jiwa yang terwujud, serta tempat persatuan dan hubungan dengan energi kosmis. Di dalam tradisi Kristen, hati digambarkan sebagai situs karakter sejati seseorang yang berhubungan dengan jiwa. Di dalam psikologi kontemporer, hati ditempatkan sebagai tempat latihan spiritual. Hubungan penggambaran hati tidak hanya terkoneksi pada kesadaran spiritual, cinta dan persatuan, namun melampauinya.
Hati Sebagai Organ Perseptual dan Relasional
Otak sering kali ditetapkan sebagai “sumber regulasi”, sedangkan hati diindikasikan memiliki peran besar dalam mengatur respon yang didorong oleh emosi. Hati tidak hanya mengatur seluruh sistem di dalam tubuh yang mengarahkan pada pencernaan dan produksi hormon, namun ada bukti baru bahwa hati secara langsung mempengaruhi area otak , sehingga tidak terpisahkan dengan “produksi” emosi. Pengalaman emosional tidak hanya dipengaruhi oleh poros hati menuju otak, namun melalui neuron yang berasal dari hati itu sendiri. Hal ini terkait erat dengan spiritualitas dan emosi.
Secara khusus, pengalaman spiritual diri terkait dengan emosi positif seperti kekaguman, penghargaan, dan kegembiraan. Emosi semacam ini terkait dengan pola aktivitas kardiovaskular yang kuat. Selama aktivitas hati optimal ditangkap, individu biasanya “melaporkan” perasaan pada Sang Pencipta. Selanjutnya, bentuk persepsi pra-stimulus termasuk intuisi mulai ada di dalam hati. Hal ini menunjukkan bahwa, spiritualitas di hati terbuka dan ekspresif yang energinya tidak bisa ditahan oleh batas tubuh atau fisik. Hati dapat mengetahui bahwa, momen yang selaras secara spiritual merupakan produk yang dihasilkan oleh energi hati yang mendukung karakterisasi hati sekaligus sebagai tempat persepsi dan koneksi.
Fenomena Pengalaman Spiritual
Terdapat beberapa teori mengenai peran hati dalam kaitannya dengan spiritualitas dan kesehatan. Karakteristik yang terkait dengan spiritualitas pribadi yang berkembang termasuk welas asih, intuisi, cinta, pengalaman, dan rasa syukur semuanya dikaitkan dengan aktivitas hati. Penilaian terhadap bentuk spiritual dan perasaan menunjukkan hubungan dua arah. Hubungan dua arah ini dapat menjelaskan proses di balik fenomena, termasuk bagaimana spiritualitas meningkat.
Baca Juga : Vernakularisasi Teologi Islam dalam Sastra Jawa
Beberapa penelitian mengenai hati yang telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa “kapasitas” pengalaman spiritual adalah bawaan lahir. Orang yang sangat spiritual akan memiliki sedikit kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular. Mereka akan cenderung hidup lebih lama daripada mereka yang hidup “kurang spiritual”. Spiritualitas di hati memiliki kekuatan “fisiologis dan vitalitas” yang merupakan produk dari harmonisasi pikiran, tubuh, jiwa, kemanusiaan, dan kasih sayang.
Hati Memilih Pembaruan dan Pemulihan
Secara khusus, sistem saraf otonom memacu kecenderungan tindakan yang berkaitan dengan emosi, ketakutan, sekaligus emosi positif seperti rasa syukur, kasih sayang dan cinta. Jika seseorang melakukan doa dan meditasi yang membangun kehidupan batin, maka individu tersebut akan mengalami pengembangan lahiriah. Hal ini akan membuka hati dan tubuh menuju cinta ketimbang menarik diri dari ketenangan. Spiritualitas di hati akan selalu menuntun pada jalan cinta dan keamanan berlandaskan pengalaman spiritual. Hati yang tertekan akan ketakutan akan melanggengkan pola “lari atau diam” hingga respon tubuh terhadap rasa takut berubah karena sinkronisasi ulang antara jiwa, pikiran dan tubuh.
Hati dapat Membantu Pemulihan dari Stres
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat pesat. Imbasnya, segalanya terasa instan, seperti komunikasi, konsumerisme, penyebaran penyakit baru, dan perubahan iklim semakin cepat terjadi. Salah satu cara guna menghadapi permasalahan semacam ini adalah dengan latihan spiritual. Latihan spiritual berdampak secara intrapersonal dan meningkatkan fungsi hati guna peningkatan kesehatan.
Sebagai sistem, manusia menghasilkan energi yang diproduksi oleh sistem kardiovaskular yang berkaitan dengan magnet bumi. Secara khusus, fluktuasi elektromagnetik bumi, energi dan aktivitas matahari terkait dengan fungsi kardiovaskular individu atau kelompok. Sinkronisasi dengan alam yang terbangun terjadi sepanjang waktu meskipun di luar kesadaran. Singkatnya, hal tersebut juga ditransmisikan oleh hati, dianggap sebagai kebangkitan spiritual dan dikaitkan dengan umur bahkan kesehatan yang dapat dibagikan secara kolektif. Sehingga, menunjukkan jalan menuju pembaharuan dan pemulihan patologi fisik, psikologi dan lingkungan.
Kesimpulan
Terdapat bukti kuat bahwa proses fisiologis seluruh sistem saraf menyeimbangkan, menjadi keadaan yang memanifestasikan dirinya secara psikologis sebagai pengalaman emosional yang positif guna memasukkan keterkaitan dengan orang lain. Keadaan fisiologis yang harmonis dapat diinduksi kembali melalui kesadaran yang memunculkan emosi positif dan dianggap sakral seperti cinta, kasih sayang, syukur dan maaf. Hati yang “berisi” spiritual adalah hati yang memiliki rasa syukur, kebijaksanaan, intuisi yang terlihat bagaimana ia berhubungan dengan sesama manusia dan alam. Menggunakan kerangka “hati sebagai organ spiritual” dapat dikatakan sebagai cara merawat tubuh, mencegah stres, dan membantu mendorong perkembangan spiritual guna membangun kesehatan.