(Sumber : Vecteezy)

Banyak Influencer Tionghoa, Tanda Gen Millenial dan Gen Z Toleran?

Horizon

Oleh Eva Putriya Hasanah

  

Muncul banyaknya influencer Tionghoa di media sosial Indonesia menjadi perhatian yang menarik. Popularitas mereka ditandai dengan jumlah pengikut yang mencapai jutaan di berbagai media sosial seperti Youtube, Instagram dan Tiktok. Tidak hanya di lihat dari jumlah pengikut, namun respon positif juga dapat di tangkap melalui berbagai komentar positif yang muncul di akun-akun influencer. Dalam hal ini, influencer atau selebgram atau tiktoker Tionghoa telah berhasil membangun basis penggemar yang besar dengan konten mereka yang menarik dan kreatif. Diantara influencer tersebut adalah Sisca Kohl, Jessnolimit, Jessicajane, Lizzebeth, Larissachou dan lain nya. 

  

Generasi milenial dan generasi Z sebagai generasi yang paling banyak menggunakan media sosial, dalam konteks ini bisa jadi menunjukkan bahwa kedua generasi ini semakin terbuka terhadap keberagaman. Dalam konteks influencer dari kalangan Tionghoa, popularitas mereka menunjukkan bahwa generasi ini semakin menghargai konten dan kontribusi influencer terlepas dari perbedaan budaya dan ras. 

  

Kehidupan Orang Tionghoa di Indonesia

  

Orang-orang Tionghoa di Indonesia telah hidup dalam sentimen anti-China selama berpuluh-puluh tahun. Sejak awal kedatangan mereka ke Indonesia pada abad ke-15, orang-orang Tionghoa telah menghadapi berbagai tantangan dan diskriminasi akibat perbedaan budaya dan latar belakang mereka.

  

Sentimen anti-China di Indonesia sering kali dipicu oleh faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial. Pada masa kolonial Belanda, orang-orang Tionghoa dianggap sebagai kelompok yang menguasai sektor ekonomi, sehingga mereka menjadi sasaran kecemburuan dan rasa tidak puas dari kelompok lain. Selain itu, adanya perbedaan budaya dan bahasa juga menyebabkan ketegangan antara orang-orang Tionghoa dan masyarakat Indonesia.

  

Selama masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, sentimen anti-China semakin diperkuat. Pemerintah pada saat itu membatasi aktivitas budaya dan sosial orang-orang Tionghoa, dan mengharuskan mereka mengikuti program asimilasi yang mengabaikan keunikan budaya mereka. Hal ini menyebabkan banyak orang Tionghoa merasa terasing dan diskriminasi.

  

Penelitian : Generasi Milenial dan Generasi Z Toleran


Baca Juga : Kajian Polarisasi Perilaku Politik Komunitas Tarekat

  

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perbedaan. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat dengan melibatkan responden dari berbagai kelompok usia, termasuk Generasi Z.

  

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki pandangan yang lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan, baik dalam hal identitas gender, orientasi seksual, ras, agama, dan budaya. Mereka cenderung menerima perbedaan dengan lebih mudah dan menganggap keberagaman sebagai suatu hal yang bernilai dan penting dalam masyarakat.

  

Penelitian ini juga menemukan bahwa Generasi Z lebih cenderung untuk mendukung hak-hak individu dan kesetaraan dalam hubungan antar-gender. Mereka memiliki sikap yang lebih egaliter dan lebih memilih untuk membangun hubungan yang inklusif dan saling mendukung, tanpa memandang latar belakang atau karakteristik tertentu.

  

Disamping itu, riset yang dilakukan oleh Adhi Cahya Fahadayna, Dosen dan Koordinator Pengembangan Karir, Career Development Center, Universitas Brawijaya, sebagaimana yang telah saya kutip dari artikel yang dipublikasikan website konde, menyebutkan bahwa Gen Z melihat toleransi dan bekerja dengan orang yang berbeda budaya, kondisi, atau latar belakang, sebagai salah dua kompetensi terpenting yang harus dimiliki pekerja.

  

Temuan itu didapatkan dengan mewawancarai 100 responden mahasiswa tingkat akhir dan alumni Gen Z dari Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur. Di tengah era ekonomi yang disruptif dan semakin beragam ini, Gen Z lebih peka terhadap berbagai jenis perbedaan latar belakang di tengah masyarakat.

  

Survei INFID dan Jaringan GusDurian tahun 2020 menunjukkan bahwa 93% responden yang terdiri generasi muda menunjukkan sikap toleran, 97% mendukung nasionalisme dan bangga menjadi warga negara Indonesia. 

  

Selanjutnya di tahun 2021, INFID bersama Lembaga Demografi FEB UI melakukan riset tentang sikap dan pandangan Generasi Z dan Millenial di  Indonesia terhadap Toleransi, Kebhinekaan, dan Kebebasan Beragama.

  


Baca Juga : Merantau Bagi Orang Madura

Penelitian ini dilakukan di 18 provinsi, yang mencakup 36 Kota/Kabupaten yang mewakili 81% penduduk Indonesia, dengan total 1200 responden di rentang usia 18-40 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 65% responden milenial dan lebih dari 70% responden Gen Z mendukung tempat ibadah untuk agama minoritas di sekolah, lebih dari 80% setuju diberikan pelajaran tentang agama-agama di Indonesia.

  

Hak beragama juga mendapat dukungan positif, yaitu 97% setuju bahwa semua warga negara, apapun agamanya, harus memiliki hak yang sama di hadapan negara, termasuk kesempatan untuk bekerja/membuka usaha.

  

Akan tetapi, beberapa temuan masih mengarah pada kecenderungan eksklusifitas beragama. 

  

Penutup

  

Pada kesimpulannya, memang belum ada penelitian yang membahas tentang popularitas influencer Tionghoa di Indonesia dengan sikap toleransi yang dimiliki baik gen milenial maupun gen Z. Namun, hal ini tentu saja bisa menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian mendatang. Melihat bagaimana sejarah sentiment yang dialami oleh masyarakat Tionghoa dan penerimaan kehadiran influencer Tionghoa di media sosial. Dalam hal ini, keberadaan banyak influencer Tionghoa di Indonesia dapat menjadi salah satu indikator positif tentang toleransi generasi muda terhadap perbedaan budaya.

  

Selain itu, penting juga untuk diingat bahwa toleransi bukan hanya tanggung jawab generasi tertentu, tetapi juga tanggung jawab semua individu dan masyarakat secara keseluruhan. Toleransi harus dipraktikkan dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan, bukan hanya dalam hal pengaruh media sosial.