(Sumber : www.nursyamcentre.com )

PMII-Ku PMII-Mu PMII Kita

Opini

Salah satu di antara akibat terjadinya Orde Reformasi adalah terbukanya peluang bagi para aktivis PMII untuk memasuki ranah public dengan leluasa. Akibat reformasi tersebut, maka banyak aktivis PMII yang dahulunya berada di luar ring, baik birokrasi, Pendidikan, bisnis dan politik menjadi terbuka luas. Banyak aktivis PMII yang memasuki birokrasi secara elegan di berbagai kementerian/lembaga, menjadi ABRI/POLRI, menjadi businessman, menjadi pimpinan perguruan tinggi, baik di PTKIN/PTKIS/PTU, menjadi pimpinan DPR/DPRD dan juga jabatan politis, seperti Gubernur/Wakil Gubernur, Walikota/Wakil Walikota atau Bupati/Wakil Bupati, bahkan juga semakin banyak para professor yang berlatar belakang aktivis PMII.

  

PMII adalah organisasi kader, yang menghimpun para mahasiswa dengan berbagai latar belakang keagamaan, dan kesukubangsaan. PMII menjadi wadah bagi penyemaian talenta hebat untuk berkembang dengan semangat “Tangan Terkepal dan Maju ke Muka”. Para aktivis PMII adalah aktivis pergerakan yang menghimpun semangat mahasiswa yang berkeinginan untuk melakukan perubahan. Sesuai dengan namanya, maka mahasiswa yang memasuki ranah organisasi ini maka memiliki semangat untuk terus menerus melakukan perubahan dengan berbagai cara yang santun dan manusiawi. Jika harus melakukan unjuk rasa, maka yang dilakukan tidak berada di dalam unjuk rasa anarkhis, yang sesungguhnya akan merusak citra sebagai barisan organisasi pergerakan.

  

Seirama dengan gerakan keterbukaan dan demokratisasi, maka akses bagi kader PMII terbentang sangat luas. Karir politik terbuka dengan memadai. Dewasa ini semakin banyak kader-kader PMII yang terlibat di dalam politik praktis berbasis etika di berbagai level dan area politik. Semua dilakukan di dalam kerangka untuk mengembangkan talenta politiknya yang memang memadai untuk dikembangkan. Aktivis PMII tidak hanya berkarir di PKB, PPP, tetapi juga di PDIP, Partai Golkar, Gerindra, bahkan PKS. Namun demikian di manapun mereka berada,  maka mereka tetap berada di dalam komitmen kebangsaan. Nyaris tidak tergoda dengan pemikiran politik yang mengedepankan agama. Mereka tidak terjebak pada isu khilafah dan sebagainya. 

  

Komitmen ini yang saya kira perlu terus dipertahankan di dalam kerangka menatap masa depan Indonesia. Tidak ada satupun yang meragukan komitmen “kebangsaan” para aktivis PMII. Semenjak yang bersangkutan memasuki PMII, maka wawasan kebangsaan menjadi salah satu keyword penting. Sampai saat ini tidak ada aktivis PMII yang berada di manapun untuk tergoda dengan ideologi Islamis atau new communist dan sebagainya. Mereka itu adalah aktivis yang teruji dalam Keislaman, Keindonesiaan dan Kemoderenan. 

  

Semenjak menjadi aktivis PMII,  maka di dalam pengkaderan selalu ditekankan nilai perjuangan yang harus dipegang teguh adalah  agar Islam wasathiyah atau Islam moderat yang menjunjung tinggi semangat kebangsaan dan keislaman tersebut dipelajari dan diamalkan. Inilah sebabnya nyaris tidak ada aktivis PMII yang tergoda dengan berbagai isme-isme lain atau paham keagamaan yang mengusung tema radikalisme untuk menjadi pilihan kehidupannya. Para aktivis PMII sangat teruji dengan Islam rahmatan lil alamin untuk menjadi pedoman di dalam ber-Islam, dan juga berkebangsaan.

  

Aktivis PMII tahun 1980-an hingga 1990-an  kini sudah merayap di banyak pengabdian. Di dunia pendidikan banyak yang menjadi professor, doctor baik dalam dan luar negeri, dan menjadi pimpinan perguruan tinggi. Jiwa kemandirian dan semangat maju ke depan, telah mengantarkan mereka untuk meraih posisi-posisi penting di dalam dunia akademis. Jangan ditanya berapa banyak aktivis PMII yang menjadi politisi dalam lintas partai. Bahkan melalui keterlibatannya dalam dunia politik, maka telah mengantarkannya untuk menjadi anggota legislative yang andal. Di dalam dunia birokrasi juga sangat banyak aktivis PMII yang berhasil. Melalui kemandirian dan kerja sama, akhirnya para aktivis juga berhasil memasuki pejabat penting di birokrasi. Mereka yang menjadi pengusaha juga sangat banyak, baik dalam ranah UMKM maupun pengusaha besar. Termasuk yang juga menjadi ABRI/POLRI juga sangat banyak. Baik pada tingkat POLDA maupun Mabes POLRI dan ABRI. Demikian pula yang menjadi anggota dan pimpinan lembaga negara, seperti KPU, Bawaslu, KPAI, dan sebagainya.

  

Keberhasilan mereka ini tentu saja ditopang oleh pengalamanya menjadi aktivis organisasi. Saya termasuk salah satu di antara aktivis mahasiswa yang merasakan betapa PMII telah mengantarkan saya untuk memasuki dunia pendidikan hingga menjadi guru besar. Capaian ini tentu tidak didapatkan melalui proses yang tidak benar tetapi difasilitasi oleh kemampuan personal dan juga pengalaman menjadi aktivis organisasi. Jejaring di dalam tubuh PMII tentu menjadi salah satu factor pendorong eksternal, selain keberadaan factor internal yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan administrator dan pengorganisasi yang memadai. 

  

Jika menggunakan cara berfikir Weber dan Schutz, maka tentu ada faktor internal yang menentukan  keberhasilan seseorang, tetapi juga ada factor eksternal yang berpengaruh dan menentukan. Keberhasilan meraih gelar tertinggi dalam jabatan dosen, yang bertali temali dengan kemampuan memanej dan memimpin lembaga pendidikan sebagai factor internal bertemu dengan factor eksternal jejaring organisasi sebagai wadah menempa talenta manajerial dan kepemimpinan dan lingkungan organisasi tentu menentukan terhadap keberhasilan di dalam mengelola organisasi yang lebih besar.

  

Pengalaman seperti ini, saya kira menjadi pola umum hampir seluruh aktivis PMII yang secara individual diberi amanah untuk memimpin lembaga pemerintah atau lembaga publik atau aktivitas publik lainnya. Saya dan kawan-kawan yang berhasil itu tentu merasakan betapa besar peran PMII dalam mengasah talenta manajerial dan kepemimpinan, sehingga akhirnya bisa menapaki manajemen dan kepemimpinan yang lebih luas. Keberhasilan itu tentu bukan karena faktor pribadi tentu karena ada sekian banyak variable yang menyebabkannya. Di antara variable penting adalah factor pengalaman di dalam ber-PMII. Kehidupan kita sekarang tentu merupakan akumulasi dari kehidupan masa lalu, dan tentu untuk merajut masa depan. PMII adalah kita. Makanya, PMII itu adalah PMIIKU, PMIIMU dan juga PMII KITA. PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 bertepatan dengan tanggal 21 Syawal 1379. Selamat Hari Lahir PMII  ke 62 tahun 2022: Tangan Terkepal, Maju Kemuka”. SALAM PERGERAKAN!

  

Wallahu a’lam bi al  shawab.