(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Remaja Perlu Asupan Religiusitas Dan Bukan Ajaran Kekerasan

Horizon

Oleh: Khusnul Fikriyah 

(Mahasiswa Program Doktoral Ekonomi Syariah UINSA)

   

Kekerasan yang dilakukan oleh remaja merupakan bagian dari kenakalan remaja. Kenakalan merupakan tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Perbuatan mereka disebut dengan tindakan patologis karena mereka melanggar norma hukum, dan berbuat diluar batas yang dapat merugikan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan juga orang lain. Para remaja melakukan tindakan tersebut karena dorongan berbagai faktor, dan juga adanya kesempatan. Orang tua dianggap menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas putra-putrinya, dan sering kali menjadi pihak yang “disalahkan”. Apakah kita setuju atau tidak, bagaimanapun juga anak-anak remaja ini adalah tanggung jawab orang tuanya. Anak-anak tumbuh di lingkungannya, tingkah laku mereka adalah cerminan dengan apa lingkungan mempengaruhinya. Menurut Salamadian, bagaimana cara orang tua mendidik anak, perhatian orang tua, serta gaya asuh orang tua menjadi faktor utama bagaimana karakter anak terbentuk. Pendidikan, tata krama, sopan santun, dan terutama pengetahuan agama dianggap menjadi sesuatu yang paling berperan membentuk pribadi seorang anak. 

  

Agama menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan kita, dan agama juga menjadi salah satu alat yang digunakan dalam melihat banyak aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, sosial, ekonomi, politik, dan bahkan kehidupan bernegara. Agama menjadi hal yang paling sensitif, dan menjadi pertimbangan dalam banyak hal, khususnya dalam menentukan suatu hal itu benar atau salah. Agama dapat dipandang dari berbagai macam prespektif, tergantung pada siapa yang melihatnya. Agama dapat diniai sebagai sesuatu yang menentramkan kehidupan, membawa orang untuk selalu berjalan di jalan yang diridhoi Tuhannya, dan menjadi pedoman untuk hidup berdampingan dengan sesama. Agama menjadi kebutuhan semua orang, tak terkecuali remaja. 

  

Para remaja, yang secara aspek pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman hidup masih sangat rendah menjadi sangat mudah dipengaruhi. Pengetahuan dan pemahaman sosial yang masih minim ini juga berpengaruh pada kedewasaan dalam mengkonsumsi informasi. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia, terutama para remaja ini masih sangat mudah terpengaruh pada pemberitaan pemberitaan dan informasi yang ada di media, yang belum tentu kebenarannya. Media menjadi ruang publik dimana tidak ada batasan antara nilai dan fakta bahkan menjadi sarana framing dalam isu tertentu. Selain sebagai sarana berkomunikasi, media juga berperan sebagai sumber informasi, baik informasi yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, maupun informasi yang kebenarannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Seringkali media juga menjadi salah satu pemicu tersulutnya emosi seorang remaja, misalnya berawal dari saling sindir atau saling ejek di media sosial yang kemudian berujung tindakan kekerasan. 

  

Islam adalah way of life, agama yang sangat kompleks, mengatur semua aspek dalam kehidupan manusia. Sehingga manusia bisa menjalani kehidupan dengan baik. Di sini ada fungsi agama sebagai control bagi individu. Namun pada saat ini, agama mengalami pergeseran fungsi. Nilai fungsi agama bergeser menjadi sebuah komoditas dan agama itu sendiri mengalami proses komodifikasi. Sehingga bila dapat menguntungkan pihak tertentu, agama pun akan dijadikan alat untuk memuluskan kepentingan mereka. Dan pihak-pihak tersebut mereka memanfaatkan para remaja yang notabene pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman masih sangat kurang, sehingga sangat muda dipengaruhi. 

  

Kekerasan yang dilakukan oleh remaja menunjukkan mereka tidak memiliki pemahaman informasi maupun agama yang komprehensif dan objektif satu dengan yang lain sehingga memudahkan timbul gesekan dalam masyarakat. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Samuel huntington dalam buku “benturan peradaban” yang menjelaskan bahwa batas-batas wilayah satu dengan lainnya secara geografis, nilai, norma maupun demografis sudah tidak ada sehingga memudahkan terjadi benturan dalam masyarakat dalam skala mikro maupun secara makro. Salah satu faktor pendukungnya adalah media menjadi sarana untuk menghilangkan batas-batas tersebut sehingga setiap individu bisa berpendapat layaknya professor tanpa ada pembuktian rekam jejak yang jelas. Media menjadi sarana ruang publik untuk saling mendominasi opini publik. Semakin kuat berita dan dukungan publik yang besar itu menjadi dasar pembenaran suatu tindakan. Artinya masyarakat ada kecenderungan mengatakan kebenaran itu kepada sesuatu yang dominan dan paling besar dukungannya sehingga publik lebih mudah diarahkan ke opini tersebut, hal ini disebut dengan syndrome majority. 

  

Perhatian dari keluarga khususnya orang tua dan lingkungan yang positif sangatlah penting untuk selalu memotivasi remaja pada hal-hal yang positif. Karena belum masuk dalam kategori dewasa, maka dengan selalu memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan kepada remaja merupakan langkah terbaik. Tujuannya agar mereka memiliki dasar kepribadian yang kuat, terutama peletakan dasar-dasar religiusitas agar tidak melakukan tindakan atau perilaku yang menyimpang, akibat pengaruh lingkungan termasuk juga pengaruh kemajuan teknologi dan informasi. Selain itu remaja harus dipantau, sejauh apa dan seperti apa lingkungannya, hal ini sangat penting agar remaja dapat mengatur perilaku dan selalu memfokuskan diri pada hal-hal yang positif, sehingga tidak melakukan tindakan yang melanggar norma-norma yang disepakati oleh masyarakat. 

  

Wallahu a'lam bishawab