(Sumber : kompas.com)

Makna “Berkelanjutan” yang Sesungguhnya

Informasi

Eva Putriya Hasanah

  

Konsep keberlanjutan (sustainability) telah menjadi perhatian global dalam beberapa dekade terakhir. Kini kata berkelanjutan telah banyak digunakan dalam berbagai aspek, salah satunya dalam branding dan marketing suatu produk, dari produk fashion, skincare hingga pada produk peralatan rumah tangga.

  

Sebenarnya kata \"berkelanjutan\" telah muncul pertama kali dalam bahasa Inggris \"sustainable\" pada tahun 1987, ketika World Commission on Environment and Development (WCED) yang juga dikenal sebagai Komisi Brundtland, mengeluarkan laporan yang berjudul \"Our Common Future.\" Dalam laporan tersebut, konsep pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai \"pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.\"

  

Laporan ini menandai awal munculnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan dalam pembangunan, dan sejak saat itu, konsep ini telah menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang, termasuk lingkungan, ekonomi, dan sosial. Dengan munculnya konsep pembangunan berkelanjutan, banyak upaya telah dilakukan untuk menerjemahkan dan menerapkan konsep ini dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

  

Makna Kata “Berkelanjutan”

  

Keberlanjutan memiliki arti yang luas, mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dari segi lingkungan, keberlanjutan berarti menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan penggunaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Dari segi sosial, keberlanjutan melibatkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sementara dari segi ekonomi, keberlanjutan berarti mencapai kesinambungan dalam aspek kehidupan yang mencakup ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan. Keberlanjutan melibatkan upaya untuk memastikan bahwa aktivitas manusia tidak merusak lingkungan, memberikan manfaat sosial yang adil, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

  

Dalam perspektif Islam, konsep keberlanjutan (sustainability) dapat dilihat melalui konsep khilafah atau tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pengganti) di bumi. Dalam Al-Qur\'an, manusia diberi tanggung jawab untuk memelihara bumi (QS. Al-An\'am: 165) dan diminta untuk tidak berbuat kerusakan (fasad) di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 11). Konsep keberlanjutan dalam Islam juga mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi yang seimbang, di mana manusia diharapkan untuk menjaga keseimbangan alam, memperlakukan sesama dengan adil, dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan. Prinsip-prinsip keberlanjutan dalam Islam juga mencakup keadilan sosial, penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.

  

Dengan demikian, konsep keberlanjutan dalam perspektif Islam mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam, memelihara nilai-nilai sosial, dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan untuk kesejahteraan umat manusia dan alam semesta. Salah satu contohnya adalah zakat, infaq, dan sadaqah, mengatur distribusi kekayaan secara adil dan membantu mengurangi kesenjangan sosial. Islam juga mendorong aktivitas ekonomi yang berkelanjutan, yang tidak merusak lingkungan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

  

Tantangan dan Upaya yang Bisa Dilakukan

  

Tantangan dalam mewujudkan keberlanjutan dapat berasal dari berbagai aspek, diantaranya adalah ketidakpercayaan masyarakat pada konsep berkelanjutan. Disamping itu, ada pula sebagian pelaku hanya menggunakan kata “berkelanjutan” sebagai branding produk namun mengabaikan esensi dari kata berkelanjutan itu sendiri. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi yang dapat diterapkan antara lain adalah meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai keberlanjutan melalui pendidikan dan sosialisasi yang lebih efektif, memanfaatkan media informasi untuk menyebarkan informasi yang mendukung keberlanjutan.