(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Covid-19

Opini

Covid-19 tak pelak sungguh mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat di seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tidak hanya dari aspek perekonomian dan kesehatan tetapi juga aspek pendidikan. Dari aspek perekonomian tentu membuat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia mengalami stagnan. Bahkan banyak negara yang tingkat pertumbuhannya mencapai angka di bawah nol. Masih beruntung bahwa negara Indonesia memiliki pertumbuhan yang masih relative memadai dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya. 

  

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih berada di dalam kisaran 3,51 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, yaitu 5,2 persen. Namun karena wabah Covid-19 maka pemerintah harus merumuskan kembali target pertumbuhan ekonomi dan juga melakukan pemangkasan terhadap APBN yang disebabkan oleh ketidakmungkinan pencapaian target dimaksud. 

  

Dunia pendidikan juga pontang-panting. Perubahan cepat yang diakibatkan oleh wabah Covid-19, misalnya mengenai system pembelajaran telah mengantarkan terjadinya penurunan program pembelajaran, karena diberlakukannya sistem pembelajaran daring, sementara infrastruktur pendidikan dan masyarakat belum memilikinya. Terdengar banyaknya keluhan orang tua disebabkan karena ketiadaan jaringan internet, sampai keharusan menemani putra-putrinya di dalam pembelajaran. Ketidaksiapan lembaga pendidikan maupun masyarakat bisa menyebabkan yang dikonsepsikan oleh para ahli sebagai “loss  generation” .

  

Dibalik cerita-cerita negatif tentang pandemi Covid-19, sebenarnya juga terhadap hikmah terselubung atau blessing in disguise, yaitu ketergopohan kita untuk menggunakan perangkat IT untuk banyak kepentingan, misalnya pendidikan dan bisnis. Program pembelajaran daring sudah dikenal tidak hanya oleh PT tetapi juga oleh lembaga Pendidikan dasar dan menengah. Program pembelajran daring telah menjadi suatu system yang harus dilakukan. Demikian pula dalam sektor ekonomi, maka banyak memunculkan bisnis berbasis digital di era Covid-19. Banyak star up yang bermunculan di era sekarang. 

  

Di antara yang juga menjadi blessing in disguise adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada era Covid-19, yang banyak aspek kehidupan mengalami stagnan atau penurunan, maka IPM Indonesia justru meningkat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa IPM Indonesia tahun 2021  berada pada angka 72,9 atau meningkat sebesar 0,49 dibandingkan tahun 2020 sebesar 71,94. Dinyatakan bahwa IPM Indonesia termasuk tinggi karena sudah berada di atas 70. (Kompas, 16/11/21). Rinciannya adalah terdapat sebanyak 2 provinsi dengan nilai di atas 80, 21 provinsi dengan  nilai  70-80, dan 11 provinsi dengan IPM antara 60-70. Dari aspek Kesehatan dengan indicator umur harapan hidup naik dari 71,47 (2020) menjadi 71,57 (2021). Angka harapan hidup adalah 71,57 tahun. Kemudian dari aspek pendidikan, maka lama Pendidikan orang Indonesia juga meningkat, tahun 2020 sebesar 8,48 tahun menjadi 8,54 tahun (2021), dan angka kesejahteraan ekonomi juga meningkat dari indikator pengeluaran perkapita tahun 2020 sebesar Rp11.013.000 menjadi Rp11.156.000 tahun 2021. 

  

IPM merupakan indeks untuk menggambarkan tentang kemajuan suatu negara dalam pengembangan SDM. Meskipun hanya tiga kategori yang dilihat, yaitu lama pendidikan, tingkat pengeluaran dalam rumah tangga dan lama harapan hidup, tetapi melalui IPM akan diketahui bagaimana perkembangan pembangunan suatu negara. Jika Indonesia secara umum mampu mempertahankan IPM pada tahun sebelumnya tentu menggambarkan bahwa pembangunan di Indonesia tetap berjalan meskipun proses dan produknya tidak sebagaimana yang diharapkan. 

  

Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, dengan wilayah yang  sangat luas, dan disparitas di dalamnya juga relative besar, misalnya gap antar wilayah dalam kualitas pendidikan, kesenjangan ekonomi yang masih tinggi, dan disparitas pengembangan SDM tentu berbeda dengan beberapa negara kecil, misalnya Singapura, Thailand, Malaysia dan beberapa negara di Eropa dan Timur Tengah. 

  

Kesenjangan ekonomi biasanya diindikatori dengan kesenjangan pendapatan, kesenjangan kekayaan, kesenjangan antara yang kaya dan miskin yang mengacu pada persebaran penduduk. Gini rasio Indonesia tahun 2021 sebesar 0,384 atau tingkat ketimpangan rendah. Berbagai macam kesenjangan tersebut yang tentu saja menjadi penyebab belum meningkatnya IPM secara internasional. Di dunia IPM Indonesia belum pernah berada di bawah angka 100 dari seluruh negara di dunia. Human Development Index (HDI) Indonesia berada di peringkat 107 dari 189 negara (2021). 

  

Memang harus dipahami bahwa tidak mudah untuk meningkatkan peringkat HDI Indonesia di dunia internasional. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk, luas wilayah dengan berbagai disparitas di dalamnya. Tetapi satu hal yang kiranya tetap membuat Indonesia masih bisa menegakkan kepala adalah peringkat IPM Indonesia yang tidak turun drastis, bahkan bisa naik meskipun berada di bawah satu digit.

  

Dengan demikian, di tengah pandemic Covid-19 yang di dalam banyak hal dinyatakan sebagai penyebab atas semua masalah pembangunan, ternyata masih menyisakan hal positif, yaitu IPM Indonesia yang tetap meningkat meskipun dengan peningkatan yang tidak signifikan. 

  

Wallahu a’lam bi al shawab.