Perang, Kekuasaan dan Kehancuran Kemanusiaan
OpiniDunia tidak pernah sepi dari perang. Selalu saja ada di bagian tertentu di dunia ini yang terjadi peperangan. Beberapa tahun terakhir di belahan Eropa Timur, Soviet dan Ukraina, dan terakhir disusul oleh perang di Timur Tengah, yang melibatkan Israel, Palestina dan kemudian juga Iran. Kita tidak tahu, mana lagi yang juga potensial untuk perang di belahan lain di dunia internasional.
Perang antar suku, masyarakat dan bangsa sudah terjadi semenjak manusia mengenal kekuasaan. Tidak dalam bentuk kekuasaan negara akan tetapi terkait dengan kekuasaan kelompok, suku, dan masyarakat. Mereka berperang untuk penguasaan atas aspek social, ekonomi, dan budaya bahkan agama. Dalam aspek social misalnya perang untuk memperebutkan dan mengusai kehidupan sosialnya, lalu bertali temali dengan penguasaan ekonomi dan bahkan juga agama. Tidak ada perang yang kemudian tidak melibatkan sedemikian banyak aspek kehidupan manusia.
Sebagai contoh perang Dunia I yang terjadi di Eropa pada 26 Juli 1914 sampai 11 Nopember 1918. Kita bisa membayangkan bagaimana dampak perang selama kurang lebih empat tahun tersebut. Kerusakan infrastruktur dan juga psikhologis manusia yang terjadi dengan sangat dahsyat. Kerusakan-kerusakan tersebut memerlukan waktu panjang untuk mengembalikannya. Kerusakan fisik bisa diselesaikan dalam waktu 30-50 tahun, akan tetapi kerusakan mental atau beban psikhologis bisa terjadi dalam waktu yang lebih lama. Membutuhkan satu generasi untuk menghapusnya.
Tidak berapa lama dalam puluhan tahun saja kemudian juga terjadi perang besar yang melibatkan seluruh dunia atau disebut sebagai Perang Dunia II. Perang ini bermula dari Eropa lalu berkembang ke Amerika dan kemudian Asia. Perang tersebut terjadi pada 01 September 1939 sampai 02 September 1945. Perang dimulai dari Jerman lalu menyebar ke seluruh Eropa dan kemudian merembet ke Amerika dan Jepang. Semula Jepang menang karena bisa melakukan pengeboman ke Pearl Harbour yang luluh lantak, dan kemudian Amerika membalasnya dengan pengeboman di Nagasaki dan Hiroshima. Dikenal nama Bom H, yang dampaknya masih dirasakan hingga sekarang. Dua perang ini sungguh luar biasa dampaknya, dan menimbulkan kerusakan di dunia internasional. Inilah yang menyebabkan banyak masyarakat yang tidak menghendaki terjadinya Perang Dunia III.
Belum lagi perang-perang dalam skala yang lebih kecil. Misalnya perang Salib yang melibatkan negara Islam dengan negara Barat, yang dikenal dengan peperangan antara dua orang hebat, Salahuddin Al Ayyubi dan Richard Lion Heart. Keduanya menjadi pahlawan masing-masing. Perang ini dikenal sebagai perang 100 tahun yang melibatkan kekuatan umat Islam dan umat Katolik. Tetapi perang ini juga bukan perang agama, sebab yang sesungguhnya menjadi problem adalah pertarungan untuk memperbutkan penguasaan wilayah dalam kaitannya dengan dimensi lainnya. Agama menjadi factor untuk memperkuat terjadinya perang ini. Agama menjadi spirit dalam perang.
Di kawasan tanah Arab juga sering terjadi perang antar suku. Sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW, maka antar suku di Arab juga banyak terjadi peperangan. Bukan perang dalam skala besar, akan tetapi konflik social yang keras antar suku-suku di sana. Perang ini juga terkait dengan penguasaan ekonomi yang bertali temali dengan factor social dan budaya. Kedatangan Nabi Muhammad SAW mengakhiri perang antar suku terutama setelah Nabi Muhammad menetap di Madinah dan membangun perjanjian damai antar suku atau kabilah yang dikenal dengan Perjanjian Madinah.
Ada banyak sekali peperangan yang terjadi bahkan di era modern, misalnya yang terakhir adalah peperangan antara Rusia dan Ukraina. Sebenarnya Ukraina adalah pecahan Uni Soviet. Ukraina termasuk salah satu negara yang merdeka pasca keruntuhan Uni Soviet. Ada 15 negara yang merdeka. Meskipun begitu control Rusia atas negara-negara pecahan masih besar, terutama dalam aspek ekonomi dan pertahanan keamanan. Di saat Ukraina menjalin hubungan internasional dengan Amerika Serikat, maka Rusia murka dan akibatnya terjadilah peperangan yang terus berlangsung hingga sekarang.
Hal yang masih dalam tensi tinggi dan terus menerus seperti itu adalah perang antara Israel dan Palestina. Semenjak Israel diberi hak oleh negara Barat untuk menjadi negara di wilayahnya sekarang, 1948, maka perang sebenarnya tidak berhenti. Jika kemudian berdamai disebabkan oleh perjanjian gencatan senjata. Ada perjanjian Camp David, yang diprakarsai oleh Mesir dan lain-lain. Tetapi perang kembali memuncak disebabkan oleh prilaku kekerasan yang dilakukan oleh tentara Israel terutama di wilayah Gaza. Perampasan atas tanah Gaza untuk pemukiman Yahudi menjadi masalah yang tidak bisa diselesaikan. Akhirnya memantik penyerangan kelompok Hamas atas Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Semenjak itu maka perang tidak bisa dihentikan. Masing-masing memiliki pendukung. Israel dengan Amerika dan sekutunya untuk mensuplai amunisi perang, dan Palestina mendapatkan support dari Rusia dan juga Iran.
Keterlibatan Iran sesungguhnya karena “kesalahan” Israel yang melakukan tindakan menyerang atas kepentingan Iran di Timur Tengah. Ada dua orang jenderalnya yang terbunuh dan hal ini memantik kemarahan Iran dan kemudian menyerang dengan gencar atas kepentingan Israel. Jika kita lihat tayangan di Youtube, maka betapa dahsyatnya serangan drone dan misil Iran ke Palestina. Bahkan pusat intelelijen strategis Israel bisa hancur karena serangan tersebut. Israel juga tidak kunjung diam, maka Israel pun menyerang bandara dan pusat persenjataan Iran. Kini telah terjadi perang terbuka. Bukan lagi perang melalui proxy war akan tetapi perang riil yang menggunakan senjata-sejata super canggih dengan tingkat akurasi dan daya ledak yang luar biasa. Sekarang sedang terjadi uji coba senjata-senjata hebat produk Amerika dan Rusia.
Perang selalu membawa kedukaan. Tidak ada sema sekali keuntungan antara dua atau lebih negara yang terlibat perang. Sama-sama menderita kerusakan. Apalagi jika perang tersebut menggunakan rudal balistik yang tidak hanya mengenai sasaran tembak akan tetapi juga bisa mengenai masyarakat di sekitarnya. Informasi di televisi atau media social yang terus terjadi di dalam perang antara Israel, Iran dan Palestina sungguh membuat keprihatinan yang sangat tinggi.
Di dalam perang selalu terdapat kuburan masal. Jutaan orang yang meninggal karena perang dan juga rusaknya infrastruktur ekonomi dan kamanusiaan. Tidak hanya pusat persenjataan dan pusat bisnis yang hancur tetapi juga rumah sakit, sekolah dan pusat keagamaan. Sungguh perang telah menghancurkan semuanya. Di dalam perang tidak ada lagi rasa kemanusiaan. Tidak ada lagi rasa untuk toleransi dan menghormati kemanusiaan. Yang ada hanya kuasai, bumi hanguskan dan nihilkan semua yang datang dari lawannya.
Kita sungguh berharap bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Mesir, 4-5 Mei 2024 dapat menghasilkan resolusi atas konflik Israel, Iran dan Palestina. Hanya sayang, Israel yang diundang tidak hadir di acara yang membicarakan nasibnya ke depan.
Wallahu na’lam bi al shawab.