Sesekali Butuh Sepi
OpiniRadio Suara Surabaya memang pernah beberapa kali mengundang saya untuk acara-acara yang fenomenal, yaitu acara Lazuardi yang diudarakan pada hari Selasa, mulai pukul 19.00 sampai 20.00 WIB. Acara khusus ini dipandu oleh Cak Bintang, penyiar Radio Suara Surabaya yang sangat terkenal. Pada acara Lazuardi, Kamis, 26/09/2024. Acara Lazuardi memang menarik dengan indikasi banyak pendengar yang memberikan respon atas presentasi narasumber. Acara ini digelar secara interaktif atau sambung pendengar.
Mungkin saja ada pertimbangan khusus kenapa saya yang diundang pada acara menarik tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh host, Cak Bintang, bahwa acara Lazuardi ini memang menghadirkan saya yang dianggapnya sebagai ahli sosiologi. Dinyatakan bahwa narasumber pada tema Sesekali, Butuh Sepi adalah Prof. Dr. Nur Syam, MSI, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Sepi ini, maka ditanyakan oleh Cak Bintang, apa yang dimaksud dengan sepi. Sesungguhnya sepi adalah suasana atau keadaan di mana seseorang merasa berada dalam kesendirian. Di dalam konteks sosiologis bisa dipahami bahwa orang yang berada di dalam suasana sepi artinya tiada kawan yang menemani. Tidak ada kawan yang mengajaknya berkomunikasi atau berbicara. Sedangkan secara psikologis merupakan suasana di mana secara kejiwaan seseorang berada di dalam suasana yang berupa kehampaan. Jiwa yang hampa. Jiwa yang kosong.
Saya membahas tentang sepi dalam tiga sessi. Pertama, sepi dan kesepian merupakan dua hal yang berbeda. Sepi adalah suasana yang lebih bercorak fisikal. Keadaan di suatu tempat yang tidak ada siapa pun. Sedangkan kesepian lebih merupakan nuansa batiniah atau seseorang yang merasakan bahwa dia sedang dalam keadaan sendirian. Ada seorang ahli sosiologi, Namanya David Reisman yang menyatakan suatu proposisi yang berbunyi “lonely in the crowd” atau “kesepian di tengah keramaian. Orang yang merasa kesepian di tengah keramaian merupakan fenomena paradoks modernitas. Orang modern banyak mengidap perasaan ini. Bisa saja seseorang berada di tengah keramaian, misalnya di Mall atau di tempat keramaian, tetapi dia merasakan kesepian. Orang yang seperti ini akan berasa tidak nyaman dalam menghadapi kehidupan. jika hal ini berlangsung dalam waktu yang Panjang, maka akan dapat menjadi penyakit yang berbasis pada kejiwaan. Misalnya rasa tidak nyaman, tidak tenang, merasa terganggu di tengah pergaulan.
Kedua, di dalam agama Islam terdapat suasana sepi yang dicari. Dunia yang sepi justru dicari karena di dalam dunia sepi itulah seseorang bisa bercengkerama dengan Tuhannya. Para ahli Tasawuf menamakannya dengan konsep khalwat atau menyendiri di tengah sepi agar dapat melakukan komunikasi dengan Tuhan. Di dalam nuasa sepi itulah mereka berzikir dengan menyebut nama Tuhan secara tidak terhitung, dan kemudian melalui kemampuan batinnya yang sangat terasah, maka dia merasakan “kehadiran” Tuhan.
Konsep lain adalah uzlah, yaitu berperilaku yang berbeda dengan orang lain dalam kaitannya dengan akhlakuk karimah. Orang yang seperti ini justru mengingat Tuhan atau berzikir di saat orang lain melakukan praktik kehidupan yang sangat profan. Secara lebih mudah disebut sebagai menyendiri dalam prilaku kebaikan. Jika banyak orang yang melakukan kemungkaran, maka dia menyendiri untuk melakukan kebaikan. Di saat orang lain sibuk memilah dan memilih barang-barang di Mall, misalnya, maka dia justru sibuk memutar tasbihnya untuk berzikir kepada Allah. Sama-sama di Mall tetapi yang satu kelompok sibuk dengan urusan yang profan, sementara yang bersangkutan sibuk dengan urusan yang sacral.
Ketiga, ada banyak pertanyaan dari pendengar Radio SS, akan tetapi dua hal yang saya ingin garis bawahi. Seseorang yang mengaku beragama Katolik, dia menyatakan bahwa memang ada orang-orang yang merasakan kesepian, lalu bagaimana cara mengobati atas orang-orang yang kesepian dimaksud. Saya menyebutkan bahwa ada banyak penyebab mengapa seseorang merasakan kesepian. Bisa karena faKtor sosiologis, yaitu orang yang merasakan bahwa dirinya sudah tidak dibutuhkan, sudah ditinggalkan. Tidak ada lagi kawan yang bersedia untuk menemani. Dia merasakan betapa kehidupannya menjadi sepi. Orang yang seperti ini merasakan adanya krisis relasi sosial.
Selain itu juga disebabkan oleh faktor psikologis. Orang yang merasa kesepian di tengah keramaian dipastikan bahwa jiwanya dalam kegersangan. Ada tekanan psikologis yang menyebabkan harus menyendiri meskipun berada di tengah keluarga dan komunitasnya. Dia merasa terasing yang disebabkan oleh jiwanya yang menolak atas kehidupan orang di sekitarnya. Beban psikologis yang dideritanya akan semakin menguat jika relasi sosialnya juga bermasalah. Juga bisa disebabkan oleh faktor komunikasi dengan lingkungannya yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dia tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak bisa melakukan negosiasi dengan orang lain.
Dalam hal begini, maka ada yang disebut sebagai religio-psiko terapi atau terapi psikologis keagamaan, dan juga ada religio-socio terapi, yaitu terapi yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan keagamaan untuk mengembalikan relasi sosialnya. Tentu saja ini merupakan asumsi yang bisa dilakukan oleh para ahlinya.
Orang yang berada di dalam krisis kesehatan juga memiliki dua peluang, yaitu menjadikan krisisnya sebagai penyadaran akan pentingnya hablum minallah akan tetapi juga ada yang krisis justru menimbulkan kekecewaan dan kesedihan. Hal yang diharapkan tentu adalah jalan keluar yang baik, yaitu krisis justru membuatnya bersabar dan bersyukur dan memperkuat relasi dengan Tuhan. Realitas empiris ini semakin memperkuat bahwa orang yang berada di dalam krisis kehidupan justru semakin dekat dengan Tuhan.
Memperhatikan tentang sepi dan kesepian lalu dikaitkan dengan krisis kehidupan, maka bisa dinyatakan bahwa adakalanya sepi dan kesepian akan membawa jalan ke arah Tuhan tetapi juga menyebabkan jauh dari Tuhan. Semuanya tergantung dari mana perspektif untuk memahami krisis dimaksud. Tetapi adakalanya, memang kita justri memerlukan berada di dalam nuansa sepi agar kita dapat merenungi kehidupan dan justru sepi akan membawa seseorang ke dalam kontemplasi untuk merasakan kehadiran Tuhan.
Jadi tergantung bagaimana kita memahami sepi dan kesepian. Hal yang penting jangan kita dimainkan oleh sepi dan kesepian tetapi kita justru harus memainkan sepi dan kesepian untuk kemanfaatan diri.
Wallahu a’lam bi al shawab.