Tipologi Adaptasi Dosen dalam Pembelajaran di Era COVID-19
OpiniOleh: Husniyatus Salamah Zainiyati (Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam UIN Sunan Ampel Surabaya)
Pandemi Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan manusia dan telah menimpa hampir seluruh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Berdampak pula pada sektor ekonomi, sosial, budaya, gaya hidup, tak terkecuali kegiatan belajar mengajar (KBM) dari jenjang TK sampai Perguruan Tinggi yang asalnya pembelajaran dengan cara tatap muka atau luring (luar jaringan) menjadi pembelajaran secara daring (dalam jaringan) penuh. Stake holder pendidikan, baik tenaga pendidik, peserta didik bahkan orang tua pun direpotkan menghadapi situasi yang mendadak seperti ini. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mendikbud RI mengeluarkan Surat Edaran nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, melalui Pembelajaran Daring atau Belajar Dari Rumah (BDR) yang bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Prinsipnya keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala sekolah, dan seluruh warga satuan pendidikan adalah menjadi pertimbangan yang utama.
Tentu ada banyak kendala yang dihadapi oleh lembaga pendidikan ketika kebijakan baru ini diterapkan. Di Perguruan Tinggi misalnya, penghentian tatap muka secara langsung bukan berarti perkuliahan dan bimbingan tidak dilakukan. Namun, dari tradisi perkuliahan secara konvensional, beralih pada pembelajaran secara daring dari rumah masing-masing tidak mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan, pertama, memerlukan kesiapan perangkat dan tentu paket data internet yang masih dikelola secara mandiri. Kedua, tidak semua dosen dan mahasiswa siap mengoperasikan sistem pembelajaran daring dengan cepat, termasuk juga mempersiapkan bahan perkuliahan secara digital. (Media Indonesia, 26/03/2020)
Tantangan Pembelajaran Daring
Saat ini masyarakat Indonesia mengalami masa transisi, dari masyarakat offline (digital immigrant) menuju masyarakat online (digital native). Suatu realitas yang harus dihadapi bersama dan bijaksana. Telah dimaklumi bahwa pembelajaran secara daring atau belajar dari rumah sudah berjalan selama 4 bulan, karena merupakan model pembelajaran yang baru bagi sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia, maka wajar bila ditemui beberapa kendala baik secara teknis, misalnya keterbatasan paket data internet, gangguan sinyal atau belum memiliki gawai yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, maupun kendala secara paedagogis dan metodologis, misalnya kesulitan pemilihan strategi dan media dalam pembelajaran daring.
Lalu apa yang perlu kita lakukan agar tetap produktif dan bisa eksis di tengah virus Covid-19 yang masih mewabah di dalam negeri ini? Selama belum ditemukan vaksinnya, maka adaptasi dan berprilaku sehat dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak saat dikerumunan. Di samping itu, adaptasi dengan e-learning sangat diperlukan dalam pembelajaran pada tatanan kehidupan baru ini. Belum lagi tantangan pembelajaran daring yang harus dihadapi oleh dosen yaitu; Pertama, menyiapkan konten/materi pembelajaran dalam bentuk digital (video, animasi, dll); kedua, komitmen, motivasi dan disiplin dosen dan mahasiswa untuk mengikuti kuliah daring; ketiga, kesiapan dosen (memanfaatkan LMS, dll) dan keempat, kualitas koneksi internet.
Terjadinya perubahan model pembelajaran dari luring menjadi daring membutuhkan suatu adaptasi dan penyesuaian diri. Adaptasi dan penyesuaian diri selalu mempunyai akibat positif. Namum perlu diperhatikan, satu faktor sosial juga dapat mempunyai akibat negatif terhadap fakta sosial lain. (Ritzer, 2004: 140). Dalam hal ini penerapan pembelajaran daring, apakah dapat dilakukan oleh dosen dengan maksimal? Kemudian apakah tujuan pembelajaran tersebut dapat direalisasikan kepada mahasiswa? Tentu saja dengan adanya perubahan model pembelajaran tersebut juga akan mempengaruhi dosen dalam menentukan strategi dan media pembelajarannya.
Tipologi Adaptasi Dosen
Baca Juga : Agama, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa Terhadap Produk Halal
Meminjam tipologi adaptasi Robert K. Merton (Merton, 1968: 195), cara adaptasi dosen dalam menerapkan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe. Pertama, tipe adaptasi konformitas (conformity) adalah adanya perubahan sosial individu mampu menyesuaikan diri dalam memenuhi tujuan budaya dan menerapkan perubahan tersebut. Kelompok yang masuk pada tipe ini adalah dosen yang telah terbiasa menggunakan online learning atau virtual synchronous learning dalam pembelajaran sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Misalnya menggunakan blended learning atau flipped learning, memadukan antara synchronous (tatap muka atau tatap maya) dan asynchronous learning (pembelajaran tidak langsung), menggunakan media pendukung daring synchronous misalnya zoom meeting, google meet, You Tube, dll. Serta, media asynchronous misalnya, google class, Gmail, whats App group, google drive, dll. Pemilihan model pembelajaran tersebut sejalan dengan fungsi dan prinsip pembelajaran daring adalah fokus pada mahasiswa, memberdayakan otonomi dan kemandirian mahasiswa, sehingga ketika terjadi perubahan semua aktivitas pembelajaran didaringkan maka dosen dan mahasiswa mudah untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Kedua, tipe adaptasi inovasi (innovation), yakni upaya yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan, tetapi mengabaikan norma yang berlaku dalam masyarakat. Kelompok yang paling mendekati tipe adaptasi ini yaitu dosen yang dalam menerapkan pembelajaran daring belum maksimal hanya menggunakan asynchronous learning, misalnya menggunakan media google class, whats App group, instagram, email atau media lainnya. Dalam hal ini tujuan pembelajaran yang diutamakan dan mengabaikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran daring. yaitu penggabungan antara synchronous dan asynchronous learning. Tipe ketiga, adaptasi ritualisme (ritualism). Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan budaya, namun masih terikat dalam cara yang melembaga. Termasuk kelompok ketiga ini adalah dosen yang tidak menerapkan pembelajaran daring karena keterbatasannya untuk menggunakan informasi dan teknologi dalam pembelajaran, akan tetapi dosen tetap melaksanakan rutinitas pembelajaran sebelumnya untuk mencapai tujuan pembelajarannya dengan cara seperti hanya mengumpulkan tugas akhir tanpa memberikan umpan balik pada mahasiswa.
Kerjasama dan Keterlibatan Kampus
Jika penerapan online learning atau virtual synchronous learning dapat berjalan secara optimal, maka diperlukan kerjasama dan keterlibatan kampus untuk memberikan fasilitas, terutama bagi dosen pada tipe adaptasi inovasi dan adaptasi ritualisme, karena masih mengalami kendala dalam beradaptasi dengan perubahan model pembelajaran tersebut. Misalnya disediakan sarana dan prasarana e-learning, diberikan bimbingan teknis atau pendampingan tentang pembelajaran daring, diberikan paket data internet. Sebuah perubahan bisa terbentuk bila komuniktas bergerak bersama menghadapi perubahan (perubahan dengan sifat kolektif). karena itulah, dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk menumbuhkan kesadaran bersama melakukan suatu perubahan agar menjadi digital native yang cerdas, inovatif dan kreatif. Inna ma’a al’usri yusra (sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan).
Wallahu a’lam bi al shawab
Referensi
Merton, Robert K., Social Theory and Social Structure, Enlarged Edition, New York: The Free Press, 1968.
Ritzer, George. & Goodman, J. Douglas, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media Group, 2004.
Zainiyatti, Husniyatus Salamah, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT, Jakarta: Kencana, 2017.