(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Dakwah Ulama Era Pandemi (Bagian Ketiga): Prof. Haedar, Covid-19 dan Ikhtiar Kolektif

Horizon

Oleh: Samsuriyanto

(Pemerhati kajian dakwah. Penulis buku Dakwah Lembut, Umat Menyambut (2020), dan enam buku lainnya)

   

Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si., lahir pada 25 Februari 1958 di Bandung Selatan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 ini lahir dari pasangan H. Bahrudin dan Hj. Endah binti Tahim. Prof. Haedar adalah pimpinan organisasi Islam yang terus menyampaikan pentingnya persatuan dan kebersamaan dalam mencegah penularan pandemi Covid-19. Dimulai dari peran pemerintah, elite bangsa, cendekiawan hingga masyarakat agar bersatu, sehingga disebut ikhtiar kolektif. Samsuriyanto (2021: 26) dalam Teori Komunikasi; Membangun Literasi, Menganalisis Situasi,dengan mengutip Nurudin bahwa manusia di antaranya bisa berkomunikasi bersama orang lain. Dengan demikian pentingnya komunikasi antar sesama warga bangsa untuk menghadapi penularan pandemi ini.

  

Pemerintah dan Elite BangsaMenghadapi Covid-19

  

Dalam Youtube Muhammadiyah Channel dengan judul Haedar Nashir: Covid-19 Meningkat, Semua Agar Waspada, Prof. Haedar memohon kesadaran kepada warga bangsa Indonesia. Sebab kasus Covid-19 makin meningkat. Tentu bagi kita seluruh keluarga besar bangsa Indonesia dan pemerintah serta kekuatan-kekuatan masyarakat agar prihatin serta terus meningkatkan usaha dan kewaspadaan. Pandemi ini memang sangat berat, demikian alumni SMP Muhammadiyah 3 Bandung ini menyadari, namun kita tidak boleh lelah, abai, lengah dan menyerah. 

  

“Karena itu pertama kami berharap kepada pemerintah yang telah berusaha begitu rupa termasuk Kementerian Kesehatan untuk menangani Covid ini, diharapkan untuk terus dari pusat sampai daerah meningkatkan koordinasi, harmonisasi dan konsistensi di dalam menjalankan kebijakan termasuk kebijakan PPKM,” kataGuru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini masih dalam Youtube Muhammadiyah Channel. Koordinasi, harmonisasi dan konsistensi di dalam menjalankan kebijakan pencegahan penularan Covid-19 ini sangat penting. 

  

Bagi suami Siti Noordjannah ini, jangan sampai juga satu langkah kemudian tidak harmonis dengan langkah lain, sehingga perlu adanya langkah yang saling terkait. Langkah ekonomi tentu mendukung langkah kesehatan dalam penanganan pandemi ini. Era sekarang, yang paling penting sekarang perlu perhatian terhadap rumah sakit, seperti tenaga kesehatan dan keterbatasan oksigen yang terus diusahakan oleh Kementerian Kesehatan dan semua pihak. Sebab betapa beban rumah sakit dan para tenaga kesehatan dan petugas begitu berat saat ini. 

  

Ayah dua dokter ini juga berharap bahwa seluruh elite dan tokoh bangsa serta seluruh kekuatan masyarakat guna bekerja sama meningkatkan ikhtiar kolektif. Jika hal ini dilakukan dengan kesadaran, maka kita bisa menyanggah musibah ini dengan relatif lebih mudah dan lebih ringan meskipun tetap berat. Kita berharap dengan kebersamaan semuanya akan bisa saling menyanggah, sehingga pada akhirnya, In Sya Allah akan meringankan. 

  


Baca Juga : Islam di Indonesia: Agama, Sosial dan Politik (3)

Langkah Hebat Ilmuwan dan Masyarakat

  

Alumni Program Magister Universitas Gadjah Mada (UGM) 1998 ini juga berharap masyakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan  disiplin tinggi. Di sisi lain harus memiliki semangat dan motivasi tinggi, sehingga perlu menghindari sikap abai, lengah dan pandangan menyerah. Ketidakdisiplinan kita sebagai warga masyarakat akan berpengaruh besar pada kondisi pandemi ini. Sebab satu orang hingga dua orang berpengaruh pada hal lainnya. 

  

“Yang terakhir kami juga berharap kepada para elite cendekia dan siapapun agar tidak mengembangkan pikiran-pikiran yang spekulatif baik atas nama ilmu pengetahuan maupun agama yang belum dan tidak bisa diuji secara ilmiah melalui forum-forum yang valid, sahih dan punya kredibilitas tinggi,” kata dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan ini masih dalam Youtube Muhammadiyah Channel. Çetin Bektaş dan Gulzhanat Tayauova (2019: 119) dalam Science Ethics and Social Responsibilities of Scientists, menyebutkan bahwa pertama-tama, para ilmuwan harus menyadari fakta bahwa ia harus menunjukkan upaya dan tanggung jawab agar berkontribusi pada solusi bagi seluruh umat manusia dan masyarakatnya sendiri.

  

Bagi Profesor Sosiologi ini,pikiran-pikiran spekulatif yang memandang Covid-19 ini sebagai konspirasi serta pikiran yang anti vaksin itu akan menghambat langkah-langkah kita dalam menangani pandemi ini. Selain itu juga bisa membuat masyarakat abai dan tidak peduli lagi. Mungkin saja pemahaman demikian juga akan membuat kontroversi dan sakwa sangka di masyarakat. Dengan demikian kearifan, rendah hati, kebersamaan dan usaha terus menerus harus menjadi komitmen kolektif kita.

  

Dalam Youtube tvMu Channel dengan judulHimbauan Idul Adha di Rumah (Prof. Haedar Nashir), alumni Pondok Pesantren Cintawana Tasikmalaya ini memandang bahwa pandemi masih meninggi. Sementara Idul Adha 1442 H silam, sebagaimana pedoman Majlis Tarjih Muhammadiyah dan fatwa para organisasi-organisasi Islam di Indonesia maupun di tingkat dunia memberikan fatwa tentang beribadah dikala darurat. “Muhammadiyah mengajak agar kaum muslimin untuk ber Idul Adha di rumah saja sebagai wujud dari melaksanakan ibadah sekaligus mencegah darurat Covid-19,” tambahnya. 

  

Bagi peraih doktor cumlaude dari UGM tahun 2006 ini, rumah dapat berfungsi sebagai musala, yaitu sebagai tempat kita beribadah. Tak kurang suatu apapun beribadah di rumah, dikala darutat pendemi. Kita bisa beribadah bersama anggota keluarga dengan khusyuk dan hakikatnya kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di sisi lain kita membina keluarga yang sakinah serta mendidik generasi bangsa. Kita bisa lebih membimbing istri dan anak agar menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi agama, bangsa dan negara. (Lebih lanjut baca www.pwmu.codengan judul Ternyata Haedar Nashir Pernah Bercita-cita Jadi Camat, Ini Biografinya yang Dibaca Saat Pengukuhan Guru Besar). 

  

Referensi: 

  

Çetin Bektaş and Gulzhanat Tayauova, \"Science Ethics and Social Responsibilities of Scientists,\" The Journal of International Scientific Researches, 4, 2, July, 2019.

  

Samsuriyanto, Teori Komunikasi; Membangun Literasi, Menganalisis Situasi, Gresik, Jendela Sastra Indonesia Press, 2021, Cet. 1.