(Sumber : Grid.ID )

Angelina Sondakh: Harga Iman yang Fantastis

Khazanah

Media social tak selamanya berkonten negative. Ada juga yang berkonten positif. Memang banyak tayangan di media social yang menggambarkan tindakan permissiveness, namun juga tentu ada yang bisa menginspirasi kita untuk semakin beriman kepada Allah SWT. Di antara yang permissiveness tersebut misalnya tayangan pornografi dan pornoaksi yang bisa memengaruhi mentalitas generasi muda tentang masalah-masalah seksualitas. Memang diperlukan kecerdasan bermedia social agar para generasi muda harapan bangsa tidak terjerembab di dalam kubangan pengetahuan dan tindakan serba boleh.

   

Saya tentu saja sering mendapatkan inspirasi untuk menulis dari media social. Banyak tulisan-tulisan saya yang diangkat dari membaca atau mendengarkan uraian di media social. Termasuk juga tulisan tentang “Iman itu Tak Ternilai Harganya” dalam blog nursyam.uinsby.ac.id. Di dalam tulisan ini saya mengungkapkan bagaimana seorang Angelina Sondakh melampaui jalan berliku untuk beriman kepada Allah SWT. Itulah sebabnya di dalam artikel ini secara sengaja saya tulis lebih mendalam tentang lika-liku religious yang dialami oleh Angie di dalam mengarungi kehidupan beragama.

  

Nama lengkapnya adalah Angelina Patricia Pinkan Sondakh, lahir New South Wales, Australia 28 Desember 1977. Angie demikian panggilan akrabnya pernah menjadi  Putri Indonesia melalui kontes kecantikan nasional tahun 2001. Angie menyelesaikan program strata satu pada Universitas Indonesia pada 2009 dan program strata dua di Universitas Katolik Atmajaya pada 1996-2000. Orang tuanya adalah Lucky Sondakh dan ibunya Sjul Kartina Dotulong. Angie menikah dengan Adjie Massaid pada tahun 2009-2011. Angie mengarungi bahtera rumah tangga dengan Adjie selama 3 tahun, dan memiliki putra semata wayang Keanu Jabaar Massaid. Keduanya bertemu kala Adjie sudah menduda tentu dalam posisi sesama artis. Kala menikah posisi Adjie sudah menjadi aktivis Partai, Partai Demokrat, yang sedang dipimpin oleh Soesilo Bambang Yudhoyono. Adjie Massaid wafat pada usia  43 tahun, pada 05 Pebruari 2011 pukul 00.00 di Rumah Sakit Fatmawati. Adjie meninggal serelah bermain Futsal bersama kawan-kawannya. Diduga karena serangan jantung. Angie memeluk Islam dalam perkawinannya dengan Adjie. Dengan demikian ada faktor eksternal di dalam proses keislaman Angie, tentu adalah dorongan yang dilakukan oleh Adjie. Cintanya yang sedemikan besar pada Adjie sehingga harus melakukan konversi agama menjadi Muslimah. 

  

Perjalanan hidup memang berliku. Sebagai aktivis partai, Fraksi Demokrat, maka Angie dinyatakan terlibat dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011 di Palembang. Angie dinyatakan terlibat dalam kasus tersebut dalam posisi sebagai anggota Fraksi Partai Demokrat dan Badan Anggaran DPR. Kasus ini terkait dengan korupsi Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, dan divonis 4 tahun 6 bulan, akan tetapi jaksa melakukan banding dan akhirnya melalui sidang Kasasi, Mahkamah Agung memutuskan hukuman penjara 12 tahun dan denda  Rp500 juta. Hukuman tersebut telah dlakoninya dan sekrang Angie telah menghirup udara bebas dan kembali bisa beraktivitas sebagai Muslimah dengan ekpresi keberagamaannya yang tampak nyata. 

  

Ada sesuatu yang menarik tentang Angie adalah keputusannya untuk tetap di dalam beragama Islam. Bagi saya, ini adalah harga termahal di dalam keimanan kepada Allah SWT. Angie hanya dalam tiga tahun kebersamaannya dengan Adjie yang membimbingnya di dalam keislaman. Akan tetapi Allah SWT sudah memanggil Adjie  di usia yang sangat produktif. Lalu setelah itu terkena kasus yang sangat luar biasa. Di dalam tulisan saya di nursyam.uinsby.ac.id saya nyatakan bahwa Angie seorang perempuan yang dikagumi banyak orang karena kecantikannya, dikagumi oleh banyak orang karena kewibawaannya yaitu menjadi anggota DPR dari Partai Demokrat yang kala itu sedang berkuasa, dan juga dikenal tidak hanya oleh kalangan artis tetapi juga politisi, tetapi akhirnya harus menjalani kehidupan yang panjang di terali besi. Saya membayangkan bahwa waktu 10 tahun yang dijalaninya di penjara tentu  menjadi hari-hari yang panjang dan melelahkan karena kebosanan, tekanan dan keterbatasan relasi dengan dunia luar. Tentu kehidupan yang sangat paradoks dengan kehidupan sebelumnya.

  

Namun Angie adalah perempuan yang luar biasa. Di tengah kehidupannya yang sedemikian sulit akan tetapi keimanannya tidak punah. Justru di dalam kubangan penjara itulah Angie mempelajari kalam Tuhan, Alqur’an al Karim. Dipelajarinya Alqur’an dengan tekun dan kesungguhan. Kehidupan di terali besi  hanya penjara bagi fisiknya, akan tetapi jiwanya tetap bebas dengan mengabdikan diri kehadapan Allah SWT. Dijalaninya rona kehidupan spiritual dengan kesungguhan. Justru di penjara itulah Angie menemukan dirinya, menjadi perempuan tangguh, tegar, penyabar dan religious. Hal ini belum tentu ditemuinya di luar dalam keadaaan kehidupan yang bebas. Hikmah inilah yang saya kira menjadi pelajaran bagi kita bahwa di dalam ketidakbebasan akhirnya justru ditemukan hakikat Tuhan yang sebenarnya. 

  

Dalam wawancaranya dengan Raffie Ahmad, (FYP, 13/02/2024). Angie justru akan menerbitkan buku “Catatan Kecil Untuk Penguasa”. Angie menyatakan bahwa dirinya bukan korban. Akan tetapi akhirnya harus dipenjara  karena masuk terlalu dalam di dalam system politik yang terjadi. Kala menjadi anggota DPR pada periode pertamanya, dinyatakan sangat ideal karena benar-benar memperjuangkan rakyat, misalnya menolak penggunaan hutan untuk kelapa sawit, tetapi pada periode kedua tergoda untuk masuk terlalu dalam di dalam politik sehingga akhirnya tidak mampu keluar dari jerat-jerat politik.   Angie sangat menyesal atas apa yang dilakukannya di masa lalu, karena ambisi dan keinginan yang tak terkira. Di dalam penyesalannya tersebut maka Angie ingin mempelajari Islam lebih baik dan lebih mendalam. Angie merasa bahwa Allah tetap menyayanginya dan juga menutup aib-aibnya. Dinyatakannya: “kita semua punya aib dan kalau kita bisa menutupi aib orang lain, nanti Allah di akherat akan menutupi aib kita.”

  

Di dalam Islam, memang ada takdir yang memang harus terjadi pada diri seseorang. Mungkin kita sesungguhnya tidak ditakdirkan oleh Allah untuk sebuah kejahatan atau apapun namanya, akan tetapi karena tindakan kita maka akhirnya kita harus menerima keputusan Tuhan yang tidak diinginkan. Takdir untuk dipenjara adalah takdir muallaq akan tetapi karena kekhilafan yang dilakukan manusia maka takdir tersebut menjadi kenyataan. Inilah takdir yang terjadi karena factor lingkungan dan pergaulan. Saya menyebutnya sebagai takdir negosiatif takdir yang terjadi karena negosiasi-negosiasi yang dilakukan manusia. Disebutkan oleh Angie, bahwa dia terlalu masuk ke dalam dunia politik dan akhirnya tidak bisa keluar dari kubangan politik yang menyeretnya dalam prilaku negative.

  

Bagi kita setiap peristiwa adalah pelajaran atau ibrah. Dan saya kira apa yang dilakukan oleh Angie adalah pelajaran betapa mahalnya iman. Iman yang misterius itu justru hadir di kala Angie berada di dalam kehidupan penjara. Dengan berada di sana akhirnya jsutru ditemukan butir-butir kebenaran agama, yang barangkali orang di luar tidak menemukannya. Maka iman Angie adalah iman yang fantastis, iman yang dicari lalu ditemukan dan bukan iman berkat hadiah.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.