(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Tradisi Tahlilan Masyarakat NU di Tengah Pandemi

Horizon

Oleh: Syaifuddin

Mahasiswa PPs UIN Sunan Ampel Surabaya

  

Salah satu nilai-nilai tradisi keagamaan di Indonesia yang masih kental disebagian masyarakatnya adalah tahlil. Tahlil adalah salah satu ibadah yang ghairu mahdhah sekaligus praktik keagamaan yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat khususnya oleh kalangan masyarakat NU. Agama Islam merupakan Agama utama di Indonesia yang membudidayakan tahlil sebagai karakteristik bagi warga NU yang beradaptasi dengan budaya lokal yang ada.

  

Hasil dari persinggungan antara Islam dan budaya lokal menghasilkan tradisi tahlil sebagai bentuk prosesi pribadatan keagamaan. Dialog antara budaya dan Islam, pada hakikatnya akan terus menerus menyertai agama. Kebenaran Islam dalam sejarah, menjadikan Islam tidak dapat dipisahkan dan lepas dari aspek lokalitas Indonesia, kemudian karakteristik itu masing-masing akan menemukan titik temu yang dielaborasikan, memperkuat untuk melahirkan nilai tauhid dan nilai-nilai keagamaan. Disamping itu adanya dialektika antara Islam dan budaya lokal adalah gambaran bagaimana Islam adalah ajaran normatif dari Tuhan dengan dibaurkan pada kebudayaan manusia tanpa kehilangan identitas nilai-nilai ke Islaman. 

  

Tahlilan adalah salah satu contoh yang konkrit adanya sebuah tradisi keagamaan yang masih eksis dan terus dilaksanakan oleh kalangan masyarakat Indonesia, lebih-lebih di pulau Jawa yang merupakan tempat dibentuknya salah satu ormas yang paling besar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama’ (NU). Ia sebuah ormas jika dipandang secara kultural menjadikan tahlilan sebagai salah satu ciri dari tradisi keagamaannya. 

  

Di kalangan warga NU tahlilan sudah membudaya dan melembaga, mula-mulanya tahlilan adalah prosesi mendo’akan orang sudah meninggal dan menghibur orang-orang yang sudah ditinggalkan atau berduka untuk melakukan zikir dan doa yang dikemas dalam istilah tahlil. Melakukan ta’ziyah berbelasungkawa yang menjaga nilai-nilai luhur dalam mengembangkan nilai keagamaan dalam Islam. Budaya ini sudah bertahun-tahun menjadi tradisi yang mengakar ditengah-tengah masyarakat yang dilaksanakan dari 3, 7, 40, 100, 1000 hari, sampai pada haul atau 1 tahun. 

  

Namun ditengah-tengah maraknya Covid-19, masyarakat tetap melaksanakan tahlil sebagaimana dilakukan pada sebelum-sebelumnya. Bentuk bela sungkawa, mendoakan yang meninnggal dengan menghadirkan tetangga sekitar maupun sanak saudara yang jauh untuk berdoa bersama. Tahlilan yang terjadi hampir di seluruh pelosok pulau jawa khususnya pulau Madura, dewasa ini juga bisa ditemukan dalam masyarakat Bangkalan Madura. Sebuah komunitas yang rata-rata warga NU. Mereka melaksanakan kegiatan tahlilan tersebut dalam berbagai hal, seperti ingin menempati rumah baru, upacara kematian, peringatan kematian, mendoakan orang sakit dan sebagainya, namun pada upacara kematian ini sungguh sangat berbeda apabila yang meninggal disebabkan karena terpapar Covid-19. Masyarakat merasa takut dan ragu untuk menghadiri upacara kematian, sehingga berpengaruh pula pada bentuk solidaritas masyarakat disana.Covid-19 mengubah tataran kehidupan dalam segala hal, tidak hanya organ pernafasan, tetapi juga melibatkan dan merusak tatanan kehidupan, termasuk salah satunya adalah merosotnya moral anak bangsa dikarenakan kurangnya pengawasan dan dorongan rohani dari guru secara langsung, ekonomi anjlok merosot drastis akibat melemahnya keuangan negara dan penundaan festival budaya yang semestinya dilaksanakan. 

  

Presiden Indonesia,  Bapak Joko Widodo memberikan penjelasan bahwa datangnya Covid-19 ke Indonesia diakibatkan oleh salah satu WNI yang melakukan interaksi dengan warga Jepang.  Ditambah lagi oleh World Health Organization (WHO) sebagai lembaga yang terpercaya dalam bidang kesehatan memberikan informasi bahwa virus tersebut merupakan sebuah penyakit dengan tingkat penularan yang sangat cepat. Beberapa kebijakan pemerintah untuk menghentikan laju Covid-19 ketika mendekati hari raya Qurban adalah meniadakan takbir keliling dan Shalat Idul Adha. Hal tersbut disampaikan Mentri Agama Yakut Cholil Qoumas dalam jumpa pers setelah mengikuti rapat polri, MUI, Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang dipimpin oleh Menko PKM bapak Muhadhir Efendi.

  

Di pulau Madura , dilarang untuk melakukan aktivitas, seperti perjalanan jauh, melakukan acara yang menimbulkan kerumunan, lebih-lebih bagi orang yang ingin keluar kota  harus memilki surat izin keluar masuk (SIKM) yang berlaku dalam jangka waktu satu minggu. Selain itu terdapat penyekatan jalan antar kabupaten dan beberapa kecamatan. Berdasarkan Diskominfo Kabupaten Bangkalan,daerah Klampis dan beberapa desa lainnya terdapat 92 orang yang positif terpapar virus Covid-19 dengan angka kematian yang tiap harinya mencapai 5 sampai 10 orang, namun meski demikian tradisi tahlilan tetap dilaksanakan oleh warga sekitar. Tokoh masyarakat tidak bisa membendung atau melarang warganya untuk tidak melaksanakan tahlilan, karena bagi masyarakat perlu untuk mendoakan orang-orang yang sudah meninggal sebagai bentuk penghormatan. Masyarakat enggan untuk melaksanakan himbauan pemerintah, sehingga tahlil yang sudah menjadi tradisi dan rutinitas masih tetap digelar. Meskipun, dikediaman mereka yang meninggal karena terpapar Covid-19. Alhasil, para tokoh masyarakat hanya menghimbau untuk melakukan protokol kesehatan dengan memakai masker selama tahlil berlangsung. 

  

Penjelasan tersebut membuktikan bahwa masyarakat setempat tidak bisa melepaskan tradisi yang sudah ada, lebih-lebih budaya yang berkaitan dengan  keagamaan. Masyarakat mengenyampingkan Covid-19 meski sangat membahayakan bagi kesehatan dirinya dan orang lain. Masyarakat melihat tradisi tahlilan sebagai bentuk amal dan solidaritas yang mengandung makna empati, emosional terhadap orang lain. Serta, sebagai cara agar orang dapat menjalin silaturrahim dengan warga sekitar. Fakta ini menjelaskan bahwa solidaritas akan tradisi lebih penting ketimbang protokol kesehatan. Sebab hakikatnya, tahlil adalah bentuk doa keselamatan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT. 

  

Tradisi ini dilakukan dengan membuat dan menyediakan bahan makanan untuk dijadikah hidangan pada orang yang ikut serta dalam acara tahlilan tersebut, tidak hanya itu mereka yang hadir juga diberikan bingkisan yang dikemas dengan wadah panci atum kemudian dibungkus plastik satu persatu untuk dibawa pulang kerumah mereka masing-masing. Tardisi tahlilan ini kebanyakan dihadiri oleh kalangan warga laki-laki. Berbeda dengan kalangan prempuan, mereka datang untuk ta’ziyah menghaturkan bela sungkawa kepada tuan rumah yang ditinggalkan dengan membawa beras, gula, maupun bawaan lainnya sebagai bentuk sumbangan yang mengadakan tahlilan agar tidak memberatkan tuan rumah dalam menghidangkan bingkisan bagi yang ikut dan hadir pada penggelaran acara tradisi tahlil. Menghadiri acara tahlil merupakan suatu keharusan, biasanya para tetangga akan menegur tetangga lain yang tidak menghadirinya