(Sumber : nursyamcentre.com)

Tiga Keistimewaan Hari Raya Idul Fitri

Informasi

Hari raya idul fitri kerap dimaknai sebagai hari kemenangan dan kembali suci. Makna hari kemenangan dan kembali suci tersebut diperoleh setelah melalui proses perjalanan panjang yaitu mulai ibadah di bulan Ramadhan hingga menjelang hari raya idul fitri begitupun di bulan-bulan selanjutnya. Ibadah tersebut dilakukan dengan senantiasa menjaga hubungan kepada sang pencipta dan sesama manusia.

  

Hal ini yang demikian disampaikan oleh Fahrurrazi Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan, makna hari kemenangan dan kembali suci diperoleh setelah umat Islam melaksanakan ibadah di bulan ramadhan, yaitu  puasa dan qiyamu ramadhan. Qiyamu ramadhan yang dimaksud adalah melaksanakan ibadah selain puasa, yaitu sholat taraweh, berdzikir, i'tikaf, dan tafakkur.

 

"Siangnya melakukan ibadah puasa. Demikian dilanjutkan dengan melakukan ibadah lainnya, seperti sadaqah, zakat fitrah, dan zakat mal. Dengan Ibadah-ibadah tersebut, dosa-dosa kita sebagai umat Islam itu diampuni semua oleh Allah," ujarnya.

 

"Sesuai sabda nabi man shoma romadhona imanan wahtisaban, ghufirolahu ma taqoddama min dzanbih. Dengan catatan didasari dengan iman dan hanya mengharapkan ridha Allah semata," tambahnya.

 

Dosa Diampuni

  

Baca Juga : Digital Trusted, BLT dan Kemakmuran Bersama

Razi juga mengatakan bahwa menunaikan sholat hari raya idul fitri merupakan rangkaian proses perjalanan ibadah untuk mencapai makna hari kemenangan dan kembali suci. Begitu pun dengan momentum hari raya idul fitri, yaitu saling meminta maaf dan memberi maaf. Hal tersebut yang akhirnya mampu menggugurkan dosa-dosa yang telah diperbuat.

  

"Maka dosa-dosa kita secara horizontal (sesama manusia) diampuni oleh Allah. Dosa-dosa kita akhirnya sudah bersih dan hilang, baik dosa kepada Allah dan sesama manusia. Dengan diiringi ucapan "taqaballahu". Hingga kita kembali suci seperti baru dilahirkan oleh seorang ibu atau seperti kertas putih yang belum ada coretan. Itu makna fitrah atau fitri," ujarnya.

 

"Fitrah yang dimaksud adalah suci. Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muttafaqun Alaih, kullu mauludin yuladu 'alal fitrah. Yang artinya setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci-bersih. Sedang, 'ied berarti 'ada ya'udu artinya kembali. Yang demikian berarti setiap satu syawwal kita berulang-ulang kembali pada kesucian," ucapnya.

 

Ibadah dan Amal Semakin Meningkat

  Hari kemenangan tersebut tentu hanya bersifat sementara bukan abadi. Seperti yang disampaikan oleh Razi, sebenarnya hari kemenangan tersebut bersifat sementara. Umat Islam masih perlu terus meningkatkan ibadah dan amal kebaikan di sebelas bulan ke depan setelah bulan ramadhan. Sebab, menurutnya, bulan ramadhan hanya sebagai bekal untuk menghadapi sebelas bulan ke depan.

 

"Bulan ramadhan ini sebagai bekal untuk sebelas bulan ke depan. Sebab, musuh kita di depan akan terus ada. Menang ini hanya sementara belum tentu menang di sebelas bulan mendatang. Jangan lengah setelah bulan ramadhan. Di hari idul fitri harus meningkat ibadahnya," tutur Razi.

Baca Juga : Ikhtiar Untuk Kebaikan

 

Bulan ramadhan sebagai momentum untuk meneguhkan iman dan takwa dalam menjalankan perintah Sang Maha pencipta. Demikian belajar untuk menaklukkan syaitan dan hawa nafsu. Seperti yang disampaikan Razi, sudah semestinya setelah hari raya idul fitri, ibadah dan amal kebaikan terus meningkat.

 

"Keberhasilan ramadhan tidak bisa dilihat sekarang saja. Tapi, dilihat pasca ramadhan. Apakah semakin meningkat amal sholehnya, sodaqoh, atau relasi sosialnya membaik," imbuhnya.

 

Menjadi Orang Yang Sholeh dan Sholehah

     

Terakhir, Razi menyampaikan bahwa hari raya idul fitri sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang senantiasa melaksanakan kewajiban dan tugas kepada Sang Maha Pencipta. Begitu juga menjaga hubungan dengan sesama manusia.

 

"Menjadi orang yang sholeh dan sholehah. Artinya orang yang sholeh itu adalah orang yang memapu melaksanakan kewajiban dan tugas kepada Allah. Demikian mampu melaksanakan kewajiban kepada sesama manusia. Artinya menjaga hablun min allah dan hablun min annas," pungkasnya. (Nin)