Jokowi dan Kereta Cepat Jakarta Bandung
KhazanahSalah satu kekhilafan saya pada waktu ke Bandung adalah tidak membawa laptop. Padahal setiap kali bepergian ke manapun laptop tidak pernah ketinggalan. Saya berpikir bahwa kepergian ke Bandung pulang pergi dipastikan tidak bisa menulis. Khawatir kereta oleng seperti biasanya. Percuma membawa alat tulis itu. Tetapi ternyata ada banyak waktu luang yang bisa saya dapatkan pada waktu rekreasi ke Bandung tersebut.
Artikel ini tentu tidak akan membicarakan tentang hutang negara kepada pemerintah China atau berapa tahun biaya pembangunannya akan impas, dan seterusnya, akan tetapi saya hanya akan bercerita pengalaman saya bepergian dengan kereta cepat yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Keberadaan kereta cepat Jakarta Bandung bisa memangkas waktu perjalanan darat lebih dari dua jam. Bahkan sebelum ada jalan tol Jakarta Bandung bisa mencapai waktu lima jam. Macet luar biasa.
Saya memang mengantar anak dan cucu saya untuk rekreasi ke Jakarta dan Bandung. Kami memanfaatkan waktu liburan sekolah untuk mengajak tiga cucu saya dari Surabaya untuk berlibur di Jakarta, tepatnya di Bekasi. Rumah anak saya. Di dalam artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman naik transportasi yang tidak terdapat di Surabaya. Naik Massive Rapid Transportatin (MRT) dari Bekasi ke Grand Plaza, jalan-jalan dan makan. Dari tiga cucu saya, hanya Yuvika yang pernah hidup di Jakarta selama 6 tahun, sementara lainnya, Arfa dan Echa belum pernah hidup di Jakarta. Acara di Jakarta juga sekaligus sambang anak saya yang bermukim di Jakarta. Anak saya Shiefta, dan menantu Nasrul serta anak-anaknya, Saheef, Kifa dan Fathan, hidup di Jakarta. Mereka mengadu untung di toko Online, Shanas Shop dan menantu saya bekerja di PT Pembangunan Perumahan (PT PP).
Hari Senin, 01/07/2024, kami sekeluarga ke Bandung dengan naik kereta cepat, yang pembangunannnya mengandung kontroversi. Banyak pakar yang menyangsikan pembangunan rel kereta cepat tersebut. Banyak kritikan mengapa yang dipilih perusahaan China untuk membangun dan pengadaan kereta cepatnya. Bukan dari Jepang atau Jerman, yang sementara dianggap sebagai kampiunnya perkeretaapian.
Saya berangkat dari Stasiun Halim. Karena waktu berangkat dari Bekasi agak terlambat, maka kami berkejaran untuk bisa masuk ke kereta cepat. Untung tidak ketinggalan. Karena sudah serba online, maka sesuatunya menjadi mudah. Kala sudah booking kursi kereta maka segalanya sudah bisa diselesaikan. Saya tidak memperhatikan kecepatannya hanya mengagumi bahwa kereta ini memang memiliki kamampuan untuk memanjakan penumpangnya dengan tingkat getaran yang rendah. Andaikan saya membawa lap top tentu berusaha untuk menulis. Biar yakin bahwa saya bisa menulis di dalam kereta. Fasilitasnya juga memadai. Ruang dan tempat duduknya berstandart internasional, dengan tingkat kenyamanan yang memadai. Infrastuktur kereta juga memadai. Jika lapar atau haus bisa pesan minuman. Hanya saya tidak ada kopi kesukaan saya, capuchino panas dan gula aren.
Saya, Indah istri saya, Shiefta, Nasrul, Yuvika, Arfa, Echa, Kifa, Akif, dan Atan merasa senang naik kereta ini. Anak-anak bisa bercanda ria sambil nonton You Tube. Membahagiakan anak-anak merupakan hal yang sangat menyenangkan. Melihat mereka senang, rasanya hati juga gembira. Sungguh. Pada waktu pulang dari Bandung itu, saya memperhatikan tentang kereta Whoozzz itu. Kecepatannya bisa sampai pada angka 348 KM/perjam. Pantas jika jarak antara Jakarta-Bandung bisa ditempuh selama 35-40 menit. Pada waktu saya naik kereta ini, maka lama perjalanan hanya 40 menit. Saya naik kereta dari Tegalluar Bandung dengan nomor tiket 7-4C, artinya di gerbong tujuh dengan nomor kursi 4C. Kelas ekonomi premium dengan harga tiket Rp200.000,00.
Selama ini kita bisa berjam-jam berada di mobil dalam perjalanan Jakarta Bandung atau sebaliknya. Dengan kereta ini cukup waktu yang singkat. Stasiunnya minimalis modern sebagaimana bandara udara di beberapa wilayah di Indonesia, misalnya Bandara Hasanuddin Makasar atau Bandara Sultan Thaha Saifuddin di Jambi. Stasiun ini cukup bersih, bahkan toiletnya juga relative bersih.
Memang semenjak Kementerian Perhubungan dipegang oleh Ignatius Jonan pada pemerintahan Jokowi periode pertama, maka dilakukan upaya penataan manajemen yang mendasar. Jika sebelumnya stasiun itu identik dengan wilayah kumuh, tetapi semenjak Pak Jonan memimpin Kementerian Perhubungan, maka Stasiun berbenah menjadi bersih. Melalui manajemen perubahan, maka stasiun, kereta dan penumpangnya diatur dengan sangat baik. Jika sebelumnya PT Kereta Api Indonesia (KAI) selalu merugi, maka penataan manajemen tersebut membuat PT KAI untung.
Melalui pembenahan dan pembangunan kereta api cepat ini, maka saya yakin bahwa orang yang selama ini melakukan kritik keras atas pembangunannya akan “sedikit” berubah. Bahkan mungkin juga ada orang yang melakukan kritik keras di masa lalu dan sudah mencoba untuk menaiki kereta api tersebut. Tentu dilakukan untuk berkejaran dengan waktu yang jalanan Jakarta Bandung dan sebaliknya memang rawan kemacetan.
Saya tentu tidak punya pamrih atas artikel yang saya tulis. Saya hanya ingin memberikan komentar bahwa melalui kereta cepat Jakarta Bandung ternyata memang membawa kemanfaatan khususnya bagi orang yang memiliki kesibukan dengan akurasi waktu yang terukur. Hanya itu saja.
Wallahu a’lam bi al shawab.