(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Gairah Intelektual Di Era Pandemi Covid-19

Opini

Orang bijak menyatakan bahwa setiap kejadian negatif selalu memiliki hikmah. Kata hikmah menunjuk pada apa yang terjadi pada tahapan berikutnya, yang dipahami sebagai akibat atau dampak yang dihasilkan dari kejadian tersebut. Orang hanya bisa memahami apa hikmah tersebut setelah kejadian, sebab biasanya merupakan rangkaian yang reasonable. Pandemi Covid-19 ternyata membawa perubahan yang dahsyat dalam banyak bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dan masyarakat Indonesia ternyata bisa merespon dengan cepat perubahan dimaksud.

  

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo, bahwa negara yang hebat bukanlah negara yang besar mengalahkan negara yang kecil, atau negara yang kuat mengalahkan negara yang lemah, akan tetapi negara yang hebat adalah negara yang cepat merespon perubahan yang terjadi. Jika ditarik lebih spesifik untuk masyarakat,  maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat yang cepat merespon perubahan. Lalu jika ditarik kepada institusi sosial, maka institusi sosial yang hebat adalah institusi sosial yang cepat merespon terhadap perubahan sosial yang berkembang. Kemudian jika ditarik lebih spesifik lagi, maka individu yang hebat adalah individu yang responsif terhadap perubahan sosial yang terjadi di sekelilingnya.

  

Perubahan itu sesuatu yang abadi. Di dunia ini ternyata perubahan merupakan inti kehidupan. Tidak ada yang stagnan, karena semua mengikuti hukum perubahan, baik yang bercorak perubahan cepat (revolusioner) atau yang lambat (evolusioner). Keduanya terjadi di dalam kehidupan ini. Misalnya Revolusi Bolshevik di Rusia, yang menjatuhkan  kekaisaran Rusia untuk menjadi negara sosialis-komunis. Lalu perubahan evolusioner, misalnya sebagai akibat pembangunan. Jika perubahan revolusioner tidak dirancang sesuai dengan desain yang bertahap, maka perubahan evolusioner dirancang dengan desain perubahan yang berproses.

  

Selama ini memang para ahli membagi pola perubahan dalam dua kategori, yaitu: evolusioner dan revolusioner. Namun berdasarkan kenyataan yaitu terdapat perubahan yang bergerak di antara dua pola tersebut yang bisa saja disebut sebagai “semi revolusioner”. Secara empiris, bahwa perubahan itu tidak didesain secara memadai sebagaimana perubahan dalam pembangunan atau pengembangan, akan tetapi terjadi secara cepat dan massif. Di dalam contoh, misalnya perubahan yang terjadi karena pandemi Covid-19. Di dalam konteks ini, yang bisa dijadikan contoh empiris adalah penggunaan teknologi informasi di tengah nuansa Pandemi Covid-19. Misalnya penerapan teknologi informasi untuk pembelajaran, perkuliahan, seminar, rapat, dan pelatihan-pelatihan.

  

Saya mengamati hal yang sangat luar biasa, sebagai hikmah pandemi Covid-19, yaitu semakin meningkatnya gairah intelektual di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Terutama masyarakat akademis. Jika kita ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya dewasa ini,  maka inilah momentumnya. Nyaris setiap hari terjadi pertemuan akademis dengan berbagai tema dan kepentingan. 

  

Sebagaimana watak teknologi informasi adalah lintas batas dan waktu. Lintas batas artinya bahwa participant di dalam suatu webinar atau zoominar bisa datang dari daratan lain dan negara mana saja, tanpa ada batas yang menghalanginya. Lalu lintas waktu, sebab bisa diikuti oleh participant yang secara timing sangat berbeda, misalnya WIB, WITA dan WIT atau bahkan dengan waktu di Singapura, Malaysia, USA, Canada, Inggris dan Australia.

  

Jika ditipologikan, maka ada beberapa tema umum dalam seminar  yang dilakukan di tengah pandemi Covid-19 dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pertama, tema pengembangan institusi Pendidikan tinggi. Tema seperti ini banyak dilakukan oleh perguruan tinggi, dengan content pembahasan mengenai tata kelola, pengembangan program pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan laboratorium, pengembangan iklim akademik, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Sebagai contoh, zoominar yang dilakukan oleh IAIN Madura, dengan tema “Pengembangan PTKI di Era Disruptif”, IAI Tribakti, dengan tema “Pengembangan Program Pascasarjana PTKIS di Era Revolusi Industri 4.0”, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dengan tema “Penyusunan Rencana Strategi Bisnis FDK UIN Sunan Ampel”, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan tema “University Academic Culture”.

  

Kedua, tema Covid-19. Ada sangat banyak tema yang terkait dengan pencegahan penyebaran Covid-19 dan memenej New Normal. Ada contoh tentang zoominar dengan tema seperti ini, misalnya: Webinar yang diselenggarakan oleh Kerjasama antara Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur dengan tema “Keterbukaan Informasi dan Edukasi Disiplin untuk Sukses New Normal”.

  

Ketiga, pengembangan keilmuan, misalnya seminar yang dilakukan oleh Institut Agama Islam Tarbiyatut Thalabah dengan tema “Dari Masyarakat Islam Pesisir untuk Peradaban Nusantara”. Termasuk juga kajian akademik, misalnya webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi UGM dengan tema: “Theory and Praxis Anthropology 02: Perkembangan Penelitian Sosial Keagamaan”.  Termasuk dalam kajian akademik adalah Zoominar tentang “Bedah Buku Perjalanan Etnografis Spiritual” yang diselenggarakan oleh Nur Syam Center (NSC). Satu lagi sebagai contoh adalah webinar dengan tema “Peluncuran Disertasi Nurcholish Madjid ibn Taimiyah tentang Kalam dan Falsafah” oleh Cak Nur Society.

  

Keempat, ngaji dengan tema agama dan ilmu pengetahuan. Misalnya kajian di dalam webinar yang diselenggarakan oleh Prof. Dr. Reni Akbar-Hawadi, Psikholog dengan tema “Ngaji on-line Kajian Islam Psikologi”. Kajian ini dilakukan setiap hari Jum’at. Lalu kajian Ngaji bareng yang diselenggarakan oleh Nur Syam Centre (NSC) dengan kitab-kitab sebagai basis kajiannya, yaitu Kitab Zubdatul Itqon, Kitab Safinatun Najah dan Kitab Taisirul Khallaq. Ngaji bareng ini dilakukan tiga kali dalam sepekan.

  

Tentu sangat banyak kegiatan webinar atau zoominar yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan terutama di saat pandemi Covid-19. Jika dikalkulasi dalam setiap pekan terdapat puluhan kajian. Berdasarkan informasi melalui WA Group, maka nyaris setiap hari terdapat flyer yang menginformasikan mengenai penyelenggaraan seminar. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat percepatan yang luar biasa,  yang saya konsepsikan sebagai perubahan “semi revolusioner” dalam penggunaan teknologi informasi dewasa ini.

  

Jika menggunakan konsepsi agama, maka inilah yang biasa dinyatakan dengan ungkapan setiap kejadian dipastikan ada hikmah di dalamnya. Pandemi Covid-19 ternyata membawa hikmah gelegak intelektual yang merata di semua komunitas masyarakat, terutama kalangan akademisi.

  

Wallahu a’lam bi al shawab.

  

*Penulis adalah Guru Besar Sosiologi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya