Derita Palestina dalam Kekejaman Israel
OpiniTeriakan saya yang sangat keras tentu tidak akan terdengar, tulisan saya yang keras juga mungkin tidak akan sampai kepada yang berkepentingan. Saya tahu siapa dan apa saya itu dibandingkan dengan sekian banyak komentator dan jutaan tulisan yang berserakan terkait dengan Palestina dalam perlawanannya menghadapi Israel. Tetapi pikiran dan tangan saya tidak bisa saya hentikan untuk menulis tentang penderitaan rakyat Palestina yang nyaris setiap hari mendapatkan perlakuan kasar, kekerasan fisik yang tak tertahankan dan bahkan pembunuhan.
Penderitaan rakyat Palestina itu sungguh suatu realitas bukan sekedar persepsi. Derita rakyat Palestina itu dirasakan nyaris setiap hari. Mulai dari pencekalan untuk beribadah sampai kesulitan untuk menemukan makanan dan minuman sebagai kebutuhan hidup. Sungguh yang disarakan rakyat Palestina tersebut merupakan akibat dari tindakan Israel sebuah negara yang saya konsepsikan sebagai negara teroris. Semuanya tentu berangkat dari kebijakan negara-negara barat yang disebut sebagai double speaks atau double standart.
Itulah sebabnya, jika rakyat Palestina, seperti melalui Milisi Hamas melakukan tindakan pengeboman atas wilayah Israel, maka dianggap sebagai tindakan terror, tetapi jika tindakan pengeboman oleh Israel atas rakyat Palestina bukanlah dianggap sebagai tindakan terror. Akibat kebijakan double standart or double speaks tersebut, maka Israel dengan leluasa melakukan tindakan terror kepada rakyat Palestina. Tentu masih ingat bagaimana tentara Israel menembaki jamaah shalat tarawih beberapa saat yang lalu di Masjid Al Aqsha. Namun, tidak ada satu negara Barat yang kemudian mengecam apalagi mengingatkan agar Israel tidak melakukannya.
Bayangkan dengan apa yang dilakukan oleh Milisi Hamas yang membombardir wilayah Israel, maka semua media Barat mulai dari Amerika, Inggris, Perancis dan juga Kanada lalu melakukan tindakan pembelaan atas Israel, seklaigus menyebarkan informasi secara deras ke seluruh dunia bahwa yang dilakukan oleh Milisi Hamas adalah teorisme internasional. Bahkan dijumpai tayangan video yang diunggah oleh orang yang mengidentifikasi diri sebagai orang Palestina, bahwa Hamas adalah musuh Palestina.
Negara-negara barat melakukan kampanye besar-besaran untuk menyudutkan Palestina sebagai tempat bersarangnya teroris, dan bisa membahayakan perdamaian dunia. Presiden Amerika, Presiden Perancis, Perdana Menteri Inggris, Presiden Kanada sontak melakukan tindakan untuk memberikan sangsi dan kecaman atas tindakan Milisi Hamas. Bahkan juga pernyataan bahwa Palestina seharusnya dipimpin bukan oleh kaum teroris. Mereka membuat framing bahwa Palestina adalah kaum teroris di dunia. Makanya, penyerangan dan bombardier atas wilayah Palestina di Gaza bukanlah tindakan yang salah tetapi memang sebuah kebenaran, apabila yang melakukannya adalah Israel. Bahkan jika mungkin juga Palestina itu harus dihilangkan dari peta dunia.
Sebuah webinar yang dilakukan oleh Prodi HI UII Yogyakarta yang menghadirkan Abdillah Onim, WNI yang telah bermukim di Gaza selama 12 tahun menyatakan bahwa konflik di Gaza tahun 2023 merupakan konflik yang terparah semenjak tahun 2008. Apalagi diperparah dengan keinginan Israel untuk menutup jalur listrik, air bersih, makanan dan juga perlengkapan kehidupan lainnya serta obat-obatan. (Konflik Israel-Palestina 2023: Kesaksian WNI di Gaza, 10/10/23). Dalam serangan balasan Israel atas serangan Milisi Hamas, maka Israel mengklaim telah menewaskan sebanyak 1500 orang yang berada di Gaza.
Serangan Israel atas kepentingan Palestina juga sangat luar biasa. Serangan itu dilakukan terhadap orang yang sedang melakukan shalat. Tantara Israel memaksa masuk masjid dan kemudian melakukan tindakan kekerasan kepada para jamaah. Apalagi serangan tersebut dilakukan pada bulan Ramadlan, di mana orang Palestina melakukan shalat di Masjid tersebut. Serangan atas jamaah shalat di masjid (05/04/23) bukan satu-satunya akan tetapi banyak sekali tantara Israel melakukannya. Di dalam serangan tersebut otoritas Israel lalu menangkap sebanyak 350 orang. Dan sebagaimana framing yang dirilis oleh media Israel, bahwa para teroris yang shalat di masjid tersebut menggunakan bom Molotov, ketapel dan senjata lainnya yang menodai masjid. Berita seperti ini yang kemudian dijadikan sebagai berita utama di media barat yang pro Israel. Lalu juga terdapat serangan kedua, yang memaksa para jamaah masjid Al Aqsha untuk keluar dan meninggalkan masjid. Seperti biasanya alasannya adalah tentara Israel akan menangkap para teroris. Seperti disengaja bahwa tentara Israel memang melakukan serangan atas Masjid Al Aqsha nyaris setiap bulan Ramadlan.
Kompas, koran Indonesia yang termasuk media mainstream juga melakukan hal yang sama. Sesuai dengan komentar Ahmad Dzakirin, bahwa Koran ini juga melakukan “blaming” atas pemberitaannya mengenai serangan Milisi Hamas ke Israel. Diberitakannya bahwa para milisi Hamas adalah kaum teroris, yang melakukan serangan terhadap Israel secara membabi buta. Kompas, sebagaimana media-media di barat seperti AFP, maka berada di dalam konteks menyalahkan Palestina yang direpresentasikan oleh Hamas dan membenarkan Israel atas tindakan balasan menyerang yang dilakukannya. Bagi harian ini, bahwa tindakan Israel membalas dengan lebih kejam itu hanya akibat. Seperti ini memang cara berpikir kaum double speaks atau double standart. (fnn.co.id 12/10/2023).
Kompas sebagai bagian dari media global tentu tidak akan menyatakan bahwa serangan Palestina juga akibat yang selama ini dilakukan oleh Israel atas warga Palestina. Begitu menderitanya warga Palestina yang bermukim di wilayah Gaza dalam menghadapi invasi warga Israel yang juga melakukan pemukiman di wilayah Gaza. Kekejaman tentara Israel sudah tidak tertahankan. Itulah sebabnya, Palestina melakukan perlawanan, dan salah satu perlawanannya adalah dengan melakukan peluncuran roket yang kemudian menghancurkan beberapa wilayah di Israel. Tetapi seharusnya yang penting bagi media adalah memberikan perimbangan informasi dan tidak memihak kepada kelompok tertentu.
Sekali lagi, tidak ada fakta yang berdiri sendiri. Tidak ada perilaku yang berdiri sendiri, tetapi setiap perilaku tentu diakibatkan oleh perilaku lainnya. Milisi Hamas menyerang Israel dan Israel melakukan balasan penyerangan. Milisi Hamas menyerang Israel tentu terkait dengan tindakan kesewenangan Israel atas Palestina. Akibat lebih lanjut yang dikhawatirkan banyak pihak bahwa perang di wilayah ini akan sulit dihentikan.
Wallahu a’lam bi al shawab.