(Sumber : www.nursyamcentre.com)

Konsep Islam Wasathiyah dalam Epistemologi Islam dan Implementasinya di Malaysia

Riset Agama

Tulisan berjudul “The Wasathiyah (Moderation) Concept in Islamic Epistemology: A Case Study of its Implementation in Malaysia” merupakan karya Mohd Shukri Hanapi. Tulisan tersebut terbit di International Journal of Humanities and Social Science. Penelitian Hanapi memiliki dua tujuan, yakni mengetahui konsep Islam Wasathiyah dalam epistemologi Islam dan menganalisa implementasinya di Malaysia. Hanapi melakukan penelitian kualitatif dengan desain eksploratif dan deskriptif menggunakan metode analisis isi. Konsep Islam Wasathiyah menurut al-Qur’an dan hadits tidak diterapkan secara literal karena menggambarkan makna yang melekat baik dan buruk, adil dan pelanggaran secara bersamaan. Konsep al-wasathiyah menurut epistemologi Islam membawa pesan berbuat baik dengan ketabahan, kekuatan, kebenaran dan konsistensi serta meninggalkan segala bentuk kejahatan dan mencegah kejahatan dengan kebijaksanaan. Di dalam resume ini akan menuliskan tulisan Hanapi dalam tujuh sub bab. Petama, pendahuluan. Kedua, konsep al-wasathiyah dalam epistemologi Islam.  Ketiga, definisi konsep dan prinsip 1Malaysia. Keempat, penggabungan konsep wasathiyah dalam konsep 1Malaysia. Kelima, analisa penggabungan konsep wasathiyah dalam konsep 1Malaysia. Keenam, kesesuaian konsep wasathiyah dalam epistemologi Islam dalam konsep 1Malaysia. 

  

Pendahuluan

  

Ekstrimisme bukan sesuatu yang baru, melaikan telah muncul dalam sejarah dunia. Pasca perang dingin, muncul negara baru yang membawa ekstremisme berdasarkan rasisme sayap kanan. Sikap ekstremis telah menyebar ke seluruh dunia. Berbagai cara untuk mengatasi masalah kekerasan telah dilakukan. Misalnya, Dewan Keamanan PBB pernah membentuk Pengadilan Kriminal Internasional pada tahun 1993, serta Malaysia membentuk Pusat Regional Asia Tenggara untuk memerangi Terorisme. 

  

Upaya berbasis agama juga dilgulirkan guna memberantas budaya ekstemisme, salah satunya dengan konsep Islam Wasathiyah. Tujuannya adalah melawan aksi ekstremisme dalam setiap aspek kehidupan manusia. Bersamaan dengan aspirasi pemerintah Malaysia untuk menanamkan persatuan di antara warganya yang multi ras guna menghindari konflik rasial. Maka, pemerintah Malaysia yang dipimpin oleh Yang Mulia, Mohd Najib Tun Abdul Razak, telah memperkenalkan konsep wasathiyah guna membantu menerapkan konsep 1Malaysia. 

  

Konsep Al-Wasathiyah dalam Epistemologi Islam

  

Al-Wasathiyah adalah istilah Arab yang berasal dari kaya wasat. Istilah ini diambil dan dielaborasi dari kata ummatan wasatan dalam surah Al-Baqarah ayat 143. Terdapat banyak tafsir oleh para ulama dalam ayat tersebut, salah satunya adalah Abu al-Qasim Jar Allah Muhammad bin ‘Umar bin Muhammad Al-Zamakhsyariy. Menurut tafsir Al-Zamakhsyariy dalam tulisannya berjudul “Al-Kasysyaf ‘an Haqa'iq wa Ghawamid al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujud al-Ta'wil” menyatakan bahwa, ummatan wasatan berarti yang terbaik dan paling adil. Kedua elemen tersebut memiliki karakteristik sebagai pusat karena apa pun yang ada di samping lebih cenderung mengarah pada kejahatan dan kehancuran artinya, yang dipilih adalah yang terbaik dan adil. 

  

Jika konsep wasathiyah yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak akan memiliki sikap ekstrimis ketika menganut suatu keyakinan. Namun, bukan berarti konsep wasathiyah mengambil porsi 50:50, yakni diantara kaya dan miskin atau menjadi bijaksana dan tidak bijaksana. Menurut konsepnya, seseorang bisa menjadi kaya tetapi pada saat yang sama tidak melupakan yang kesusahan. Misalnya, Abdul Rahman bin ‘Awf yang menyumbang hartanya untuk kepentingan Islam. 

  

Al-wasathiyah adalah pendekatan yang diakui Islam. Al-wasathiyah menghimbau umat Islam untuk mengamalkan Islam secara seimbang dan komprehensif dalam semua aspel kehidupan dan masyarakat dengan menitikberatkan pada peningkatan kualitas hidup terkait pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan manusia, sistem ekonomi, keuangan, sistem politik, kebangsaan, pertahanan, persatuan, persamaan antar ras, dan lain sebagainya. 


Baca Juga : Authority, Continuity and Change in Islamic Law

  

Definisi Konsep  dan Prinsip 1Malaysia

  

Konsep 1Malaysia adalah gagasan dari Yang Mulia Perdana Menteri Mohd Najib Tun Abdul Razak, yang mengacu pada penjelasan National Policy Publications Section tahun 2009. “We stand, we think and act as Malaysians. And we take actions based on the need of all the ethnic groups in our country. This does not mean that we put aside the affirmative policy, the policy to help the Bumiputeras’ as long as the policy is implemented fairly and duly considers the eligible Bumiputeras’ that qualify to be considered by the Government. We move on from the ethnic oriented actions that we have been practicing all this long”. 

  

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat dua kesimpulan. Pertama, orang Malaysia dari berbagai latar belakang etnis perlu berpikir di luar perbedaan ras. Mereka perlu mendorong tindakan di luar “tembok” signifikansi etnis dan ras. Kedua, para pemimpin nasional harus memenuhi semua kebutuhan dan hak rakyat tanpa mempertimbangkan ras atau agama di Malaysia.

  

Konsep 1Malaysia memiliki tiga prinsip. Pertama, prinsip penerimaan yang menegaskan bahwa meskipun orang Malaysia terdiri dari berbagai ras, agama, cara hidup, dn budaya, namun menerima satu sama lain sebagai sahabat. Kedua, prinsip kebangsaan yakni konsep persatuan, semangat kebangsaan dan cinta tanah air telah diasimilasi sejak lama oleh para pemimpin sebelumnya. Ketiga, prinsip keadilan sosial yakni setiap ras di negeri ini tanpa memandang latar belakang atau agama diperlakukan secara adil dari segi kesejahteraan dan aspek sosial yang penting.

  

Penggabungan Konsep Wasathiyah dalam Konsep 1Malaysia

  

Mohd Najib Tun Abdul Razak telah menerapkan konsep wasathiyah menjadi konsep 1Malaysia yang ia perkenalkan. Ia menyatakan bahwa, menggabungkan konsep 1Malaysia dan konsep wasathiyah dalam Islam yang mementingkan kesederhanaan dan keseimbangan perlu didorong guna membentuk ummah yang berpusat pada kekuatan iman tanpa mengabaikan prinsip toleransi dan keadilan sosial bagi masyarakat guna memastikan dukungan penuh masyarakat terhadap agenda transformasi sosial ekonomi yang dilaksanakan dan didukung umat Islam yang merupakan mayoritas di negara Malaysia (Department of Islamic Development Malaysia, 2010). Tujuan mengaitkan kedua konsep ini adalah meningkatkan pemahaman dan persatuan di antara ras berdasarkan konsep wasathiyah. Selain itu, guna menghindari munculnya kelompok radikal dan ekstemis dari berbagai agama. 

  

Analisa Penggabungan Konsep Wasathiyah dalam Konsep 1Malaysia

  

Menurut Hanapi, konsep wasathiyah diterapkan dalam lima aspek. Pertama, Al-Wasathiyah menurut aspek kebangsaan beragama yang diimplikasikan dalam prinsip penerimaan. Artinya, menerima dan menghormati perbedaan agama dan budaya. Kedua, Al-Wasathiyah dalam mendistibusikan kekayaan yang diimplementasikan dalam pinsip keadilan sosial. Artinya, kekayaan yang tekumpul tidak bisa dipegang oleh satu kelompok atau patai melainkan harus dibagi secara adil di antara semua suku. Ketiga, Al-Wasathiyah dalam distribusi kekuatan politik yang juga diimplementasikan dalam prinsip keadilan sosial. Artinya, dengan berbagi kekuasaan antar ras merupakan upaya membentuk persatuan. Keempat, Al-Wasathiyah dalam penggunaan bahasa yang diimplikasikan pada asas kebangsaan. Artinya, masyarakat diharapkan mampu memiliki semangat pengorbanan dan kemauan menerima budaya bangsa sebagai pemersatu. Kelima, Al-Wasatiyah dalam pendidikan. Di dalam hal ini pendidikan berdasakan konsep wasathiyah adalah pendidikan yang mengintegrasikan ilmu mental dan jasmani serta agama yang berkaitan dengan diri dan masyarakat. 

  

Kesesuaian Konsep Wasathiyah dalam Epistemoloi Islam dalam Konsep 1Malaysia

  

Konsep wasathiyah yang diterapkan dalam konsep 1Malaysia sejalan dengan kosep wasathiyah dalam epistemologi Islam. Buktinya adalah, Malaysia berhasil membentuk masyarakat yang moderat seimbang. Upaya ini diperlukan agar guna membuat semua penduduk Malaysia lebih baik. Memang, banyak masalah yang uncul ketika masyarakat disesatkan dari jalan yang dimaksudkan, terutama yang berkaitan dengan aspek keseimbangan dan moderasi bisa dicapai. Akibatnya, ketidakseimbangan dan kurangnya moderasi akan mengundang masalah yang bersifat lain. Hal ini menggambarkan bahwa pentingnya menerapkan konsep wasathiyah salam semua aspek kehidupan manusia. 

  

Kesimpulan

  

Konsep Wasathiyah yang diterapkan dalam konsep 1Malaysia sejalan dalam sumber utama epistemologi Islam. Namun, pengaplikasiannya tidak eksklusif. Konsep wasathiyah dianggap sebagai konsep erbaik dalam upaya melahikan persatuan di antara masyarakat Malaysia. Malaysia telah menyatakan sudah menerapkan konsep wasathiyah dalam lima aspek, sehingga dianggap cocok jika diterapkan secara luas dalam pemerintahan nasional. Sebab, akar perpecahan dapat dipangkas sebelum menegaskan diri di benak masyarakat. Meskipun pada dasarnya, perbedaan adalah penyebab perpecahan. Konsep wasathiyah adalah solusi karena mempersatukan manusia tanpa merusak perbedaan.